Adalah Paus Fransiskus merangkum visi kepelayanannya dalam sebuah frase berbunyi "Mewujudkan Kemanusiaan Baru". Dengan dan melalui frase itu, seluruh ensiklik, surat apostolik, katekese dan sikap pelayanan Paus terpancar. Paus Fransiskus selalu memancarkan kehangatan kasih (tenderness) bagi seluruh ciptaan.Â
Setiap pengajarannya selalu konsisten. Menjadi teladan bagi Gereja terutama dalam penghargaan terhadap kehidupan, karena hak hidup adalah sebuah anugerah yang hakiki. Dan hal itu dituangkannya dalam ensikliknya yang ketiga berjudul "Fratelli Tutti (FT).
Bagi Paus Fransiskus, cinta akan kehidupan adalah sebuah cara hidup yang harus terus ditampilkan, karena mencintai kehidupan berarti merawat corak ciri relasinya dengan sumber hidup yaitu Tuhan sendiri. Dalam FT, beliau menyebutnya sebagai sebuah persaudaraan (Fraternity). Dalam persaudaraan khas kristiani, lebih dari sekedar kesetaraan dan kebebasan.
Menyimak situasi aktual dunia dewasa ini di mana kita seakan-akan hidup dalam sebuah realitas gelap karena pandemi Covid-19 yang tidak tentu kapan akan berakhir. Meskipun berbagai kemajuan modern dibanggakan manusia, namun senyatanya tidak mampu menangkal krisis yang ditimbulkan oleh pandemi ini.
 Di tengah bisingnya dunia oleh berbagai hiper-konektivitas, manusia justru seakan-akan membuat dirinya tuli dan bahkan tidak saling peduli. Atau dengan lain kata, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) ternyata tidak bisa menjamin sikap murah hati antarmanusia. Menjadi orang Samaria yang murah hati itu sangat jauh dari harapan. Bagaimana realita ini kita sandingkan dengan pandemi Covid-19 saat ini?
Realitas Pandemi Covid-19
Apa yang diutarakan Paus Fransiskus dalam FT itu benar adanya. Itu sikap khas manusia ketika berhadapan dengan aneka kemajuan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa semakin manusia mengalami situasi batas, ia berusaha kembali kepada nuraninya. Panggilan untuk murah hati sebagaimana Bapa murah hati muncul ke permukaan kehidupan. Apa yang terjadi selama pandemi covid-19 ini?Â
Sejak dunia dilanda covid 19 lebih kurang hampir 2 tahun ini. Manusia terdorong oleh nuraninya untuk kembali merajut persaudaraan di saat tiada jalan lain. Ketika banyak jalan terbentang luas, manusia seolah-olah tidak mampu memilih satu jalan saja. Tetapi ketika semua jalan seolah-oleh tertutup, maka manusia berusaha mencari celah untuk keluar, termasuk untuk membangun dan merajut persaudaraan.Â
Di tengah pandemi ini, manusia berusaha mencari bahkan menciptakan jalan dan upaya baru untuk merajut persaudaraan. Salah satunya adalah melalui Whatsapp Group. Â Meskipun tidak melalui penelitian, namun saya memastikan bahwa salah satu cara merajut persaudaraan agar tetap terjalin adalah menciptakan dan masuk menjadi anggota grup WA.Â
Dengan itu apa yang dikatakan Paus Fransiskus menjadi kenyataan. Kerinduan manusia untuk membangun persaudaraan meskipun di tengah krisis yang ditimbulkan oleh pandemi ini. Walau tangan tak sampai untuk berjabat, namun dari kejauhan rindu ini terobati melalui saling  mengirim WA bahkan dengan melakukan telpon-telponan, terlebih lagi melalui vidio call.Â
Fraternitas tidak selamanya dirajut melalui bertemu muka (face to face) tetapi juga melalui mendengarkan suara, sapaan dan saling melihat atau mengirimkan foto. Mudah-mudahan dengan itu kerinduan terobati dan persaudaraan tetap terajut. ****