Hadirnya begitu menyiksa,.
Merajam masuk menembus batas kepasrahan
Lalu ia pergi tinggalkan serpihan pilu diujung lembayung senja
Tak peduli getir itu begitu menyiksa kalam batin dalam balutan goresan luka
Dia seperti bayangan selalu mengikuti kemanapun kaki itu melangkah
Hingga sang lelah sampai pada ujung kesabaran
Berharap ada cahaya yang dapat membunuh bayangan itu
Agar terbebas dari jerat kerumitan hidup
Detik rindu kini berputar kembali setelah sekian lama berdiam dalam palung hati
Tabir pun perlahan kembali menguak tentang itu
Mengisahkan suatu masa yang pernah dilalui dalam kalender hidup yang rumit
Hujan  perlahan membasahi ruang hati
menghapus semua jejak kenangan
Sebuah celah tercipta pada asa yang baru
Cahaya hadir menerangi sanubari yang kelam
Hingga lahirlah dia yang menjadi pendamping perjalan hidup ini
Berharap sang waktu akan berpihak pada mereka
Agar melunasi utang janji pada kedua garis lengkung
Yang menyatu membentuk satu sudut kesepakatan
Hingga delapan ruang hampa saling bertemu di antara sepulu kisi kisi
Dalam genggaman yang utuh
Agar mata itu saling menatap dalam harmonisasi rindu yang membunuh
Sabtu 27 juni 2020
@m'abstrak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H