[caption caption="Howrah Station, Kolkata, India."][/caption]
Hari sudah berganti, lima hari di Kolkata membuatku terkesima dengan India. Mulai dari chai (teh) dan omelet terlezat yang pertama kali aku makan disana, taksi-taksi tua berwarna kuning yang sangat antik, barisan gedung-gedung tua peninggalan Briania Raya yang masih berdiri angkuh di sudut-sudut kota, tersesat di gang yang sepi, koaran burung gagak yang selalu membangunkanku setiap pagi, ribuan manusia yang hilir mudik di Howrah Bridge, riuhnya suasana menonton bioskop dan segalanya yang aku temui di kota ini menjadi sebuah warna baru bagiku dalam kanvas perjalananku. Sungguh Kota ini memberikan kesan yang manis untuk membuka perjalananku di India.
Jujur aku datang ke India bukan untuk menemukan semua hal ini, tujuanku datang ke negeri ini adalah untuk merasakan apa yang banyak orang bilang mengenai hal-hal minor dan segala ketidak nyamanan yang ada di negeri yang digadang sebagai dunia ketiga ini yang aku sendiri malah menilainya eksotik, misalnya seperti kekumuhan, ke-chaos-an, scam dan banyak hal lainya yang menggambarkan bahwa negeri ini adalah neraka dunia bagi para traveler. India menjadi sebuah tantangan tersendiri bagiku, aku berharap India bisa mengajarkanku untuk bisa hidup di luar zona nyaman. Namuna pa yang aku dapatkan di Kolkata bisa dibilang jauh dari semua yang aku harapkan, bagiku kota ini nyaman dan ramah untuk para wisatawan.
Tasku sudah rapih dan siap untuk bersandang kembali di bahu dan punggungku. Hari ini aku akan meninggalkan Kolkata dan bertolak ke destinasi selanjutnya yakni Darjeeling. Aku sedang duduk menunggu Jojo datang ketempatku menginap, aku akan berpamit dan mengucapkan terimakasih kepadanya yang telah mempersilahkan aku menginap secara cuma-cuma di rumahnya selama di Kolkata. Pria ini sangat ramah dan baik kepadaku.
Usai berpamitan dengannya aku di antar oleh sanjit pekerjanya Jojo kehalte bus, dia menunjukanku untuk naik bus yang langsung menuju ke Howrah Station. Akhirnya aku sudah di atas bus, aku duduk tepat dibelakang supir bus, hari masih sepi, jalan pun lancar, hanya 30 menit aku sampai.
Dari atas bus aku memandang ke arah jendela melihat jalan-jalan di Kolkata, menikmati pemandangan segala pemandangan yang ada untuk terakhir kalinya sebelum aku meninggalkan kota ini. 5 hari sangat membekas di hatiku, kota ini indah bagiku, mohon catat ini bagiku saja. Setiap orang punya persepsi dan perspektif masing-masing tentang arti dari sebuah kata indah, tidak ada para meter yang jelas untuk menilai sebuah keIndahan.
Seorang kondektur menghampiriku untuk menagih ongkos yang harus aku bayar atas jasa bus yang aku tumpangi. Aku memberinya uang senilai 7 Rupee kepadanya, namun pria itu tak kunjung pergi setelah menerima uang dariku. Ia meminta uang lagi sambil menunjuk tasku yang berukuran 80 liter. Aku memprotes, kepadanya “Hei, tidak ada orang lain yang bayar untuk tas! Kenapa aku harus bayar?” lalu jawabnya “Tas-mu besar!” aku-pun mendebat “bukan hanya aku yang membawa tas besar, kenapa kau tidak menagih mereka juga?” sambil menunjuk orang di depanku yang kebetulan membawa tas lebih besar dariku. Lantas kondektur tersebut tersenyum kepadaku dan pergi meninggalkanku sambil menagih ongkos kepada penumpag yang lainnya. Mungkin inilah satu-satunya pengalaman kurang mengenakanku selama di Kolkata, dan terjadi di jam-jam terakhirku di kota ini. Sangat remeh memang apabila dipikirkan kembali, jumlah uang yang dimintanya pun tak seberapa hanya 7 rupee saja atau setara dengan 2000 rupiah, tapi disini aku ingin diperlakukan adil oleh kondektur tersebut. Aku datang kenegeri yang berlimpah dengan kisah scam ini bukan karena ingin mengalami scam tersebut, namun untuk belajar menghindarinya dan juga menghadapinya.
[caption caption="bagian depan Horah Station"]
Akhirnya aku tiba di Howrah Station, keretaku baru akan berangkat pukul 17.35 waktu setempat, aku masih punya waktu sekitar 2 jam untuk berleha-leha di stasiun yang sangat besar ini. Dua hari sebelumnya ketika aku datang kesini aku terkagum-kagum melihat keindahan arsitektur stasiun tertua di India ini, namun kali ini pandanganku sedikit berubah. Mungkin kemarin aku terlalu terfokus kepada kemegahan gedung berwarna merah ini sampai-sampai aku tak memerhatikan aktivitas manusia yang berseliweran disekitarnya.
Aku tersentak ketika melihat seorang anak kecil dengan santainya berjongkok diatas trotoar sambil mengeluarkan hajatnya tanpa menghiraukan orang-orang yang melewatinya.Begitupun dengan orang-orang disekitarnya, tak ada yang peduli ataupun menegurnya seakan kejadian itu lumrah, atau mungkin memang lumrah. Aku juga melihat anjing-anjing yang menderita kudis berjalan dengan malasnya sambil mengendus-ngendus sampah yang berserakan dijalan.
[caption caption="Ruang Tunggu"]