Mohon tunggu...
Yos Asmat Saputra
Yos Asmat Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Announcer

terus menulis, Penyiar Radio, motivator & Mc

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sampah Membawa Berkah

20 Agustus 2014   20:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:02 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang beranggapan hidup ibukota negara yang namanya Jakarta sangat menyenangkan. Nyatanya banyak yang kecewa dan hampir putus asa karena sangat susah mendapat pekerjaan yang layak yang sesuai harapan. Seperti halnya seorang pemuda, sebut saja namanya Jabrik.bukan nama asli. Nama tersebut didapatkannya saat menjadi petugas parkir liar di sudut kota Jakarta.

Hampir semua orang di lingkungan perkantoran dan pusat perbelanjan tempat dia beraktivitas memanggilnya dengan nama Jabrik, lantaran rambut gondrongnya yang jarak di rapikan. Jabrik hampir putus asa mengadu nasib sebagai juru parkir liar yang kerap kali bersinggungan dengan preman lainnya. Jiwa beringas dan kasar menjadi hal yang biasa. Terkadang hanya karena hal sepele, baku hantam tidak terhindarkan.

Bukan uang receh yang didapat namun ia harus mengeluarkan uang yang ada untuk mengobati luka agar tidak bertambah sakit. Padahal uang tersebut hasil mengumpulkan upah parkir beberapa hari sebelumnya. Dibalik keberingasan wajahnya,  Jabrik ternyata masih memiliki hati yang lembut ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua dan rajin ibadah. Untungnya, Jabrik masih ingat Tuhan dan ditengah kesibukannya masih sempat sholat walau terkadang tidak.

Titik kehidupan Jabrik berubah ketika ia mendengarkan nasehat seorang pemulung tua yang papasan dengannya di area parkir. Pak tua pemulung tersebut hampir tiap hari berada di area parkir liar Jabrik, namun selama ini tidak pernah bertegur sapa hanya melintas dan berlalu begitu saja. Suatu hari, Pak tua itu sedang mengumpulkan sisa botol dan gelas air minum mineral. Jabrik terdiam saat bapak itu memberi nasehat sederhana. " Nak kamu bisa menjadi lebih baik dari pekerjaan bapak ini, manfaatkan botol-botol ini" ujar pak tua pelan, lalu pergi begitu saja tanpa sempat memberi waktu pada Jabrik untuk bicara.

Semenjak pak tua pemulung itu memberi nasehat, ia tidak bertemu lagi. Namun Jabrik terus bertanya dalam hati, apa maksud perkataan pak tua itu. Tanpa disadarinya, saat menemukan botol atau gelas bekas air mineral ia inget pak tua itu dan Jabrik menggambil lalu menempatkannya pada wadah karung.

Tanpa terasa, tumpukan botol dan gelas yang dikumpulkan sudah berkarung-karung. Semua barang tersebut ia tempatkan di ujung parkiran. Sampai pada suatu hari ada seorang pemuda menanyakan tumpukan karung tersebut. Jabrik menjelaskan, karung-karung itu miliknya. Ia tidak tahu mau dikemanakan,  karena tidak sengaja mengumpulkannya. Alangkah kagetnya Jabrik, pemuda itu membeli semua karung dan isinya. Ternyata pemuda itu adalah bos pemulung yang sedang mencari barang bekas.

"Bang, ini saya beli ya, ini duitnya sisanya kembaliannya ambil aja buat abang" ujar pemuda itu.

Jabrik terbengong memandang uang yang ada ditangannya. Dan ia tersadar akan ingatan pak tua pemulung. Ia baru mengerti makna nasehat pemulung itu. Mungkin ini jalan yang harus ia jalani untuk mencari nafkah yang halal. Tidak harus bersingungan dengan preman, tidak harus memakan rezeki teman tetapi semua dilakukan sendiri tanpa kekerasan.

Sejak saat itu, Jabrik beralih profesi menjadi pengumpul barang bekas. Bahkan untuk meringankan pekerjaannya, ia mengajak teman yang lain untuk mencari barang bekas dan ia membelinya. Jadilah Jabrik bos kecil yang menerima barang bekas.

"Ya اَللّهُ .. Barang bekas ini dimata orang lain adalah sampah. Tapi bagi saya ini adalah rezeki saya. Jadikan pekerjaan ini pekerjaan yang halal untuk memberi makan keluarga saya" doa Jabrik saat menghadap yang maha kuasa.

Kita bisa sukses dalam berbagai bidang sekalipun menjadi pengumpul barang bekas. Tidak ada pekerjaan yang hina di mata Tuhan asal kita mencarinya dengan jalan yang benar. Akhirnya, kita bisa merdeka dari kesusahan  karena memiliki  pekerjaan sehingga  mencapai penghidupan yang lebih layak. آمِّيْنَ يا رَبَّ الْعَالَمِيْن...@ asmat saputra, 17 agustus 2014.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun