Mohon tunggu...
Yos Asmat Saputra
Yos Asmat Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Announcer

terus menulis, Penyiar Radio, motivator & Mc

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Suami Takut Istri

22 Desember 2014   16:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:43 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu hari saya menyimak seorang suami bercerita dengan temannya, bahwa sebelum berangkat kerja ia mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan ia sering sekali mengalah pada istrinya dan mendapatkan omelan hanya karena kesalahan kecil. Sebut saja suami itu si "Bandrun" dan temannya si "Panjul".

Menurut Badrun, apa yang dia lakukan agar tugas istrinya menjadi ringan karena biasanya pagi hari mereka harus menyiapkan sarapan dan kebutuhan sekolah kedua anaknya. Badrun selalu bangun lebih pagi untuk memasak nasi, mencuci piring kotor sisa makan malam dan memasak lauk untuk dibawa anaknya ke sekolah. Sementara sang istri terkadang masih tertidur.

Badrun tidak mau membangunkan dan mengganggu istrinya yang masih terlelap. Karena ia sudah paham sifat istrinya yang terkadang marah jika dibangunkan dengan alasan masih ngantuk. Sementara, Badrun berfikir jika bangun kesiangan dan semua perlengkapan anak termasuk sarapan, makanan belum disiapkan maka nanti akan melakukan pekerjaan dengan terburu-buru. Karena tidak mau ada perdebatan, Badrun  mengerjakan semuanya padahal ia juga harus berangkat pagi- pagi ke kantor agar tidak telat.

Saat asyik bercerita, temannya memotong dan berkata " berarti kamu suami yang takut istri dong".

Dengan sigap Badrun menjawab " maaf .. Saya bukan takut istri, tetapi saya menjaga perasaan istri dan tidak mau ada pertengkaran"

Badrun bisa saja marah dan membentak istrinya agar bangun menyiapkan makanan. Tetapi menurutnya itu bukan jalan keluar terbaik. Lebih baik ia lakukan semuanya dengan perbuatan mencontohkan sampai istrinya melakukan apa yang ia lakukan.

"Gila bro.. Kamu sudah menikah lebih dari 10 tahun.. Masa sih istrimu ngak ngerti juga" celetuk Panjul.

"Biarlah.. Ini sudah menjadi pilihan saya, dulu saya piih dia menjadi istri saya berarti saya harus tanggung semua dengan terus membimbingnya" ujar Badrun

Sekali lagi, Badrun berkata bahwa dia bukan takut istri tetapi dia menjaga perasaan istri dan menjaga keluarga tersebut tetap utuh.

Saat peringatan hari ibu 22 Desember, Badrun masih sempat membuat status " Ibu dan istriku adalah dua bidadari terbaikku, selamat hari ibu mama"

Dari cerita Badrun tadi, pesan untuk seorang istri bahwa suami yang selama ini diam dan terkesan menurut sebenarnya dia hanya ingin dihargai, namun karena ingin menghindari pertengkaran dan menjaga perasaan istrinya ia lakukan apapun perintah istrinya. Memang ada baiknya, komunikasi dan saling pengertian serta tidak saling menyakiti harus ditumbuhkan dalam sebuah rumah tangga.

Pesan untuk para suami, terimalah apapun kondisi istri Anda karena ia adalah piilihan kita dan jika ada yang salah pada sikap seorang istri, maka kita berusaha memperbaikinya. Bukan dengan teriakan dan amarah tetapi nasehat dan contoh perbuatan yang baik sehingga istri akan merubah sikapnya. Selamat hari Ibu.....@ yos asmat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun