Mohon tunggu...
Yos Asmat Saputra
Yos Asmat Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Announcer

terus menulis, Penyiar Radio, motivator & Mc

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Genre Belum di Kenal di Kalangan Bawah

11 Oktober 2014   04:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:31 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) saat ini tengah mempopulerkan istilah GENRE atau Generasi Berencana untuk mewujudkan visinya yakni "Penduduk Tumbuh Seimbang 2015" dan dengan misi "Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera". Langkah ini harus dilakukan karena saat ini Indonesia telah mejadi salah satu negara yang memiliki penduduk terbesar dunia, yakni sudah mencapai angka lebih dari 200 juta jiwa.

GENRE merupaan salah satu upaya yang dilakukan BKKBN guna menghasilkan penduduk atau keluarga yang tidak hanya dilihat dari sisi kuantitas tapi menghasilkan penduduk atau keluarga yang berkualitas dan sejahtera dengan berbagai perencanaan yang baik. Maka untuk mecapai itu semua, perlu dilakukan penyiapan dan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Mengapa remaja dan pemuda? Karena mereka diharapkan memiliki pengetahuan, bertindak dan berperilaku sebagai remaja untuk menyiapkan dan perencanaan menuju keluarga berencana.

Sasaran program Genre tidak hanya remaja dengan rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah. Juga Mahasiswa/Mahasiswi belum menikah, Keluarga yang punya remaja dan Masyarakat yang peduli terhadap remaja.

Genre bertujuan untuk memfasilitasi remaja agar belajar memahami dan mempraktikan perilaku hidup sehat dan berakhlak untuk mencapai ketahanan remaja sebagai dasar mewujudkan Generasi Berencana.

Namun sepertinya Genre belum begitu dikenal di kalangan bawah, misalnya pada masyarakat yang tinggal di pinggir rel kereta api. Mereka hidup digubuk yang sangat sederhana dengan bermodal triplek dan terpal plastik, dengan profesi serabutan, salah satunya sebagai pemulung.

Hasil pantauan penulis berjalan menyusuri pinggiran rel ka dan berusaha berbincang dengan warga di sana, mendapatkan kenyataan masih banyak wanita yang masih belia sudah memiliki anak. Mereka menikah muda dengan suami yang berprofesi serabutan. Bahkan ada diantara mereka memiliki anak lebih dari satu dengan jarak kelahiran yang tidak terlalu jauh.

Ana mereka hidup dan tumbuh menjadi dewasa di lingkungan yang sangat jauh dari kata layak. terutama dari segi kesehatan yang sangat rentan munculnya berbagai macam penyakit. Bahkan, anak-anak terbiasa dengan perilaku orang dewasa di sekitarnya, misalnya kebiasaan merokok dan sopan santun dalam berbicara.

Faktor pendidikan dan lingkungan sangat berpengaruh sehingga mereka menikah dan memiliki anak diusia muda. Tidak sedkit dari mereka yang hanya mengeyam pendidkan sekolah dasar dan tidak melanjutkan pendidikan lagi. Pilihan berumah tangga diusia belia tidak mungkin mereka hindari. Berbeda halnya dengan wanita karir saat ini masih ada yang hidup sendiri walau usia tidak muda lagi atau ada juga yang dengan sengaja menunda kehamilan karena mereka belum siap lantaran bekerja.

Bagaimana kita bisa mencetak kader anak bangsa yang berkualitas jika anak terlahir dari lingkungan yang tidak layak huni. Tugas BKKBN dalam melakukan penyuluhan harus menyentuh masyarakat paling bawah ini. tentunya dengan harapan, walau mereka tinggal ditempat seperti itu namun tetap memiliki perencanaan yang baik untuk perkembangan anak mereka.

Setidaknya, saat sibuah hati hadir mereka harus memikirkan pola asuh yang baik agar anaknya sehat. Atau mereka sadar untuk pindah dari lingkungan tersebut dan mencari tempat yang lebih layak. Tentunya, dengan informasi yang gencar diberikan lewat penyuluhan BKKBN maka akan membentuk generasi berencana di kalangan bawah yang lebih baik. Semoga..@ yos

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun