Terbayang akan tingkatan kasta dan enaknya jika menjadi putra raja, kumbayana mulai berangan-angan bahwa kelak nanti dia akan mempunyai sebuah istana.
Suatu sore di saat latihan ketrampilan pedang sudah selesai, Kumbayana dengan langkah tenang menyingkir dari area padhepokan Argajembangan.
Dengan membawa peralatan latihan yang sudah disiapkan, kumbayana sengaja melangkah pergi lewat di hadapan Drupada dengan harapan supaya dia mengikuti-nya.
Dan benar saja, dengan menjaga jarak dengan langkah kumbayana, Drupada tahu bahwa kumbayana akan melakukan latihan di tempat tersembunyi seperti yang sering dia lakukan selama ini.
Pada suatu tempat dimana kumbayana melakukan latihan khusus, terlihat kumbayana lagi mengasah ketrampilan memainkan pisau sebagai alat latihannya.
Dengan gerakan yang cepat dan taktis, Kumbayana mengerahkan segenap ketrampilannya memainkan pisau
dipadukan dengan ilmu kanuragan yang mumpuni.
Dari jarak yang tak terlalu jauh dimana kumbayana sedang melakukan atraksi, nampak Drupada sangat keheranan melihat gerak dan ilmu memainkan pisau yang di peragakan oleh kumbayana karena baru kali inilah dia melihat atraksi yang hebat itu.
Dan...setelah beberapa saat atraksi tersebut di lakukan oleh Kumbayana, nampak kumbayana melempar pisau ke atas langit dengan tinggi dan sebelum pisau tersebut jatuh ke tanah, secepat kilat kumbayana menggerakan tangannya dengan mengayunkan pisau yang lain tepat menghujam ketanah dengan posisi tegak lurus, dan....swits..
pisau pertama yang tadi meluncur ke bawah dengan tepat mendarat di ujung gagang pisau yang kedua. Pisau tersebut tetap berdiri menancap di ujung pisau yang kedua dan dengan tersenyum puas kumbayana melangkah untuk mengambil kedua pisau itu.
Begitu melihat atraksi kumbayana tersebut, Drupada langsung berdecak kagum dan tanpa basa-basi lagi langsung menghampiri Kumbayana sambil memuji kehebatannya.