Seperti kita ketahui bahwa srategi perang gerilya pernah di pakai oleh Jendral Besar Sudirman dalam mengusir penjajahan Belanda.
Dengan strategi perang ini, banyak tentara belanda yang menjadi korban dan akhirnya sejarah mencatat saat terjadi peristiwa palagan Ambarawa,strategi ini berhasil menjadi serangan pembuka yang kemudian di susul dengan perang terbuka yang membuat pasukan penjajah menyingkir dalam keadaan terdesak di bumi pertiwi.
Itu sekelumit sejarah yang membuat kita bangga bahwa walaupun dengan senjata terbatas, dengan semangat perjuangan dan strategi yang tepat maka keberhasilan dapat di raih oleh pejuang-pejuang kemerdekaan kita.
Dalam Perang Kemerdekaan kita mengenal strategi perang gerilya yang berhasil di terapkan, dalam dunia pewayangan kita juga mengenal strategi yang mirip "gerilya" dan berhasil juga di terapkan oleh anak resi Kumbayana yaitu Aswatama.
Bagaimana dan efek apa yang di timbulkan dari geriya ini, berikut ceritanya.
Perang baratayudha dimana pihak kurawa sudah mengalami kekalahan di hari ke-18, Duryudana mulai panik dan akhirnya maju ke medan perang.
Sebelum Duryudana berangkat berperang, dia sempat memberi pesan kepada Aswatama kalau dirinya gugur maka Aswatama yang akan melanjutkan sebagai senopati agung dan harus mengamankan istrinya Banowati ke-suatu tempat agar keluarga terakhir-nya aman.
Benar saja, setelah Duryudana gugur, Aswatama otomatis menyandang gelar senopati dan wajib untuk melanjutkan perang sesuai dengan pesan Duryudana.
Namun fakta di Kurusetra berbicara lain karena dengan kematian Duryudana,otomatis perang di nyatakan selesai dan Pandawa di nyatakan sebagai pemenang dalam perang tersebut.
Dengan hati masih berduka atas kematian ayahnya, Aswatama berhenti di pinggir medan kurusetra untuk siap berperang namun perang sudah dinyatakan berakhir.
Aswatama bingung..