Pada perkembangan teknologi informasi serta komunikasi, adanya media baru (new media) dengan basis utama melalui internet membuat kemajuan besar pada teknologi. Salah satunya ditunjukkan dengan semakin cepatnya penyebaran suatu informasi atau berita di tengah publik.Â
Media konvensional khususnya media cetak seperti halnya majalah dan surat kabar harus bersaing dengan media elektronik dalam hal kecepatan penyebaran berita. Melalui media baru (new media) yang berbasis internet, seseorang akan dengan mudahnya mencari pemberitaan ataupun informasi tanpa terkendala batasan ruang dan waktu.Â
Perkembangan yang terjadi pada teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan perubahan perilaku serta karakter bisnis media massa, terkhusus pada surat kabar. Menurut Effendy (2005, h. 241), surat kabar yang tadinya disebut dengan koran merupakan salah satu jenis media massa berbentuk jurnalisme cetak. Seperti terlihat dari bentuk fisiknya, surat kabar merupakan lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya aktual mengenai apa saja dan di mana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca.Â
Namun setelah memasuki era digital, terjadilah konvergensi media, di mana media disatukan dalam satu platform elektronik/digital, kemudian media konvensional bersaing dengan mengandalkan kecepatan penyaluran informasi. Seperti dalam mengirim berita yang biasanya dilakukan secara manual, kini dapat dilakukan secara digital. Berita atau informasi yang biasanya diakses dengan cara konvensional (dibaca melalui kertas koran), kini dapat diakses dari genggaman tangan dengan cepat. Menurut Eko (2019, h. 24), kondisi tersebut pada akhirnya menuntut surat kabar untuk bergandeng tangan dengan media baru (new media).Â
Berdasarkan hal tersebut, industri surat kabar seperti dikepung oleh pesatnya media baru berbasis internet. Namun, di tengah kepungan media baru itu, terdapat beberapa surat kabar yang masih hidup dan berkembang. Seperti Harian Jogja yang merupakan anak perusahaan dari surat kabar nasional Bisnis Indonesia, yakni salah satu surat kabar ekonomi yang berpusat di Jakarta. Sebagai salah satu perusahaan koran lokal yang masih aktif terbit setiap hari, tentunya pada era konvergensi media seperti saat ini akan menghadirkan tantangan baru bagi Harian Jogja.Â
Segala macam usaha, adaptasi, dan perubahan pasti akan dilakukan agar koran lokal seperti Harian Jogja ini tetap eksis di tengah gempuran digitalisasi. Berdasarkan hal tersebut, dalam sebuah fenomena yang menarik ini akan dianalisis praksis digitalisasi dan konvergensi media dalam perkembangan surat kabar Harian Jogja.
Sekilas Harian Jogja
Harian Jogja berdiri pada 20 Mei 2008 yang bertempat di  Bangsal Kepatihan, Keraton Yogyakarta. Dalam mengambil momentum Hari Kebangkitan Nasional, Harian Jogja diterbitkan perdana pada hari itu. Harian Jogja memiliki nilai filosofis yaitu semboyan "Berbudaya, Membangun Kemandirian".Â
Dengan nilai tersebut Harian Jogja terbit mengangkat gaya Bisnis Indonesia yang ringkas dan padat. Setelah Solopos yang berada di Surakarta, Jawa Tengah dan Monitor Depok yang berada di Depok, Jawa Barat, surat kabar Harian Jogja menjadi koran komunitas ketiga dari grup Bisnis Indonesia.
Harian Jogja merupakan koran yang dirancang untuk bisa dekat dengan karakter masyarakat Jogja. Gaya dalam penulisan, penggunaan tata warna, begitu dominan dengan aspek lokal budaya Jogja, sehingga koran ini sering mendapat panggilan Harjo (Mas Harjo, Mbah Harjo).Â