Perpindahan Tempo dari bentuk cetak ke digital ini juga tentunya membawa dampak perubahan pada praktik jurnalisme. Adanya media digital menyebabkan tren jurnalisme lebih mengandalkan berita yang pendek, mengagungkan kecepatan, namun cenderung dangkal (Barnhurst, 2010, h. 556).Â
Tetapi seiring berjalannya waktu, Tempo tidak hanyut dalam tren tersebut dan lebih fokus pada penggunaan elemen multimedia yang digunakan dalam penyampaian berita. Tempo mengemas segala macam kontennya secara lebih beragam dengan menggabungkan elemen foto, audio, animasi, infografis, dan teks dalam satu paket kemasan yang saling melengkapi.
Tren Longform Journalism, Senjata Utama Tempo Dalam Dunia Jurnalisme Investigasi
Perkembangan jurnalisme multimedia yang dilakukan Tempo terus bergerak menuju tren "longform journalism" yang merupakan gabungan elemen multimedia dengan tulisan narasi panjang dan mendalam (Barnhurst, 2013, h. 7). Tren inilah yang akhirnya menjadi ciri khas dari Tempo.Â
Berbekal pengalaman panjang Tempo sebagai media yang vokal terhadap isu publik, Tempo mengemas majalahnya dengan lebih cair, dinamis, dan tetap mendalam. Dari situlah Tempo mendapatkan ciri khas idealismenya sebagai media jurnalisme investigasi.
Tak mudah bagi Tempo untuk terus memegang teguh prinsip jurnalismenya di tengah arus digitalisasi saat ini. Meskipun telah menancapkan diri sebagai media arus utama terkhusus dalam ranah jurnalisme investigasi, Tempo masih harus berjuang untuk memadukan produksi media cetak dan media digitalnya.Â
Perbedaan segmentasi dan juga minat baca publik yang cenderung mulai menurun menjadi tantangan serius bagi Tempo dalam mempertahankan idealismenya (Bowden dalam Berning, 2011, h. 12).Â
Semoga dengan langkah besar yang telah dilakukan Tempo dalam melakukan diversifikasi konten mampu menjadi penyulut semangat bagi Tempo untuk tetap menelurkan karya jurnalistik yang berkualitas.Â
Tak hanya berkualitas dari segi ragam pilihan multimedianya, namun juga berkualitas dari segi isinya yang terus mengedepankan prinsip-prinsip jurnalisme. Sehingga bukan tidak mungkin, kelak di masa yang akan datang Majalah Tempo mampu bertransformasi sebesar Majalah TIME.
Jurnalisme majalah ini bukanlah jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba. (Goenawan Mohamad, 1971)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H