"Wih, gokil banget, bokap lu plokis ya?"
"Cuma bokis, biar nyokap doski nggak marah."Â
Bagi kaum milenial, pasti akan mengalami kebingungan ketika mendengar percakapan di atas. Namun, bagi anak gaul era 70-an, pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah yang muncul dalam percakapan tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa sejak dahulu bahasa gaul sudah mulai digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Bagaimana perjalanan  bahasa gaul ini dari dulu sampai sekarang? Mari kita ulik bersama.
Asal Usul Bahasa Slang
Bahasa slang atau bahasa gaul mulai muncul di era 70-an. Bahasa gaul ini lebih dikenal dengan istilahi bahasa prokem yang awalnya banyak berkembang di kalangan preman. Penggunaan bahasa prokem ini rasanya menarik minat remaja kala itu untuk juga menggunakannya sebagai bahasa percakapan sehari-hari.Â
Bahasa prokem diinisiasi dari kata dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa dialek Betawi. Kata tersebut kemudian diambil salah satu fonemnya dan disisipi dengan kata -ok-. Sebagai contoh adalah istilah "bokap" yang diambil dari fonem depan kata bapak (bap) dan diberi sisipan -ok- didepan huruf vokal, sehingga membentuk kata bokap.Â
"Berasa keren aja, sih. Banyak istilah yang asing bagi beberapa orang, kalo kita ngerti artinya udah berasa kayak detektif yang lagi ngomongin rahasia negara," ungkap Winda (41 tahun) yang menuturkan pengalamannya saat remaja ketika menggunakan bahasa prokem.
Merujuk dari penjelasan Kridalaksana (2008), memang pada awalnya bahasa prokem ini digunakan sebagai kata sandi rahasia di kalangan preman untuk menjalin komunikasi. Perkembangan bahasa prokem ini juga dibumbui dengan kreativitas para remaja yang cenderung menggunakan pemilihan diksi tak baku dalam percakapan sehari-hari.Â
Bahasa Slang Sebagai Identitas Kronik
Seiring dengan berkembangnya zaman, bahasa slang juga mengalami banyak perubahan. Mulai muncul istilah-istilah baru seperti bucin, kamseupay, mager, sabi, yang digunakan para remaja saat ini.Â