Mohon tunggu...
Yosafati Gulo
Yosafati Gulo Mohon Tunggu... profesional -

Terobsesi untuk terus memaknai hidup dengan belajar dan berbagi kepada sesama melalui tulisan. Arsip tulisan lain dapat dibaca di http://www.yosafatigulo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa SBY Sangat Berkepentingan dengan Kasus Ahok? (Bagian-1)

19 November 2016   16:04 Diperbarui: 19 November 2016   16:41 6051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diedit dari learnmine.blogspot.com

Setelah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ditetapkan menjadi tersangka, begitu banyak yang bertepuk tangan suka cita karena senang. Mirip tentara  Iraq bersama pasukan Kurdi yang baru pulang setelah merebut sebagian Kota Mosul dari ISIS. Salah satunya adalah Marissa Haque. “Allahu Akbar, sujud syukurku Pak Ahok tersangka!” kicaunya di akun twitternya di @ikangfawzi@Haque_Marissa@ChikiFawzi.

Bagi FPI dan sebagian anggota MUI, Fahri hamzah, Fadli Zon, Ahmad Dhani, Amien Rais, Habib Rizieq, Yusril Ihza Mahendra, AA Gym, dan sejumlah peserta demo 4/11, plus pemilik dan/atau pengagas demo mungkin bukan cuma sujud syukur, melainkan berpesta sambil joget dan bernyanyi sambil sesekali meneguk minuman penyegar badan dibawah koordinasi Dhani sebagai musisi.

Itu yang tampak. Di dalam, gradasi kesenangan masing-masing individu tentu tidak sama. Yang paling senang barangkali hanya pemilik atau pengagas demo, atau pemilik agenda di belakang demo. Sedangkan lainnya sekedar penikmat. Disebut begitu karena tidak semua penentang Ahok dan pendemo berkepentingan sama. Banyak di antaranya yang tidak tahu menahu apa sesungguhnya yang dikejar. Yang mereka tahu, Ahok harus diproses secara dihukum.

Para penggagas pun tidak sekepentingan. Masing-masing punya agenda. Ada yang terbatas pada kasus Ahok, ada yang menggunakan kasus Ahok sebagai modal politik, ada yang sekedar menunjukkan eksistensi diri, dan macam-macam lagi. Namun, mereka dipersatukan oleh rasa senang. Bahagia.

Salah? Tentu tidak. Siapa pun berhak dan boleh senang karena usahanya berhasil. Ini tidak harus terkait dengan aspek manfaatan bagi masyarakat umumnya, apalagi bangsa dan negara. Namun, dari sekian ratus ribu bahkan jutaan yang senang, pihak yang paling bahagia, yang tak tertandingi oleh Habib Rizieq atau Fahri Hamzah dan Fadli Zon, mungkin hanya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Beliaulah yang paling diuntungkan pada persitiwa demo 4/11 yang akhirnya “memaksa” polisi menetapkan Ahok menjadi tersangka.

Bahwa SBY disebut-sebut sebagai penunggang demo, atau ditunggangi oleh FPI dan MUI atau Fahri hamzah, Fadli Zon, Ahmad Dhani, Amien Rais, Habib Rizieq, Yusril Ihza Mahendra, AA Ggym, atau malahan saling menunggangi karena saling menukar kepentingan, tak seorang pun yang tahu pasti selain SBY dan mereka sendiri. .

Inilah yang belum terungkap secara jelas kepada publik oleh media. Penyebabnya, bisa macam-macam. Mungkin karena tersedotnya perhatian pada pemberitaan status Ahok sebagai tersangka, atau pada penghadangan Ahok dan Djarot oleh orang-orang tertentu setiap blusukan di daerah pemukiman warga dalam rangka kampanye, atau mungkin pada safari politik Jokowi di berbagai lembaga dan organisasi keagamaan guna memulihkan suasana.

Kendati begitu, pusat publik selalu tertuju kepada Ahok. Bukan kepada SBY sebagai pihak yang paling diuntungkan, atau kepada Fahri Hamzah yang sangat bersemangat menghasut massa untuk menjatuhkan Presiden Jokowi.

Dugaan saya, publik belum sadar bahwa Ahok, bahkan para pendemo sekalipun hanyalah instrumen yang sengaja dibenturkan untuk mencapai sebuah atau beraneka sasaran para pengagas demo. Mirip permainan biliar. Para pemain memasukkan bola tidak selalu langsung. Kerap menembak bola lain lebih dahulu atau membenturkannya pada dinding tertentu untuk memasukkan pada lobang sasaran.

Apa itu? Nanti akan dibahas pada tulisan kedua. Mari kita tilik dulu bagian permukaan, yang mengantarkan Ahok menjadi tersangka.

Ada tiga hal yang terkait dengan Ahok. Pertama, diduga menista Qur’an dan ulama, kerap disebut menista agama Islam. Kedua, tindakan atau perbuatan menista dalam pernyataannya di kepualau Seribu. Ketiga, yang dinista atau dihina, dalam hal ini Qur’an  dan ulama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun