Mohon tunggu...
Yosafati Gulö
Yosafati Gulö Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Warga negara Indonesia yang cinta kedamaian.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika AHY Menembus Tembok Kebiasaan Berpolitik

10 Juni 2019   12:02 Diperbarui: 10 Juni 2019   12:15 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.jawapos.com/

Kedua, hendak menunjukkan bahwa ketegangan politik dapat dicairkan dengan pendekatan kekeluargaan, persahabatan. Tampaknya, inilah antara lain yang mendorong banyak pihak mendesak Prabowo dan Jokowi bertemu saat lebaran.

Sayang sekali, momentum tersebut dilewatkan oleh Prabowo. Ia tak mau memisahkan urusan politik dan urusan persahabatan pribadi. Posisi dirinya sebagai penggugat hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK) dibawa terus ke mana-mana sampai di ruang pribadi, dalam suasana lebaran. Padahal, kalau silaturahmi itu dilaksanakan tidak otomatis gugatannya di MK gugur. Urusan gugatan Pilpres adalah urusan MK, sedangkan persahabatan adalah urusan pribadi Prabowo dan Jokowi.

Di sinilah kelebihan AHY. Ia pandai menggunakan momentum untuk menampilkan sikap seorang tokoh. Bukan saja di kalangan anak-anak muda seusianya, tetapi juga di kalangan para tokoh mana pun, terutama Prabowo, sebagai Capres dukungannya yang sekaligus kompetitor Jokowi.

AHY memeragakan sikap profesional dalam berpolitik. Memisahkan urusan politik dari urusan lain. Ketegangan politik tak perlu dijadikan persoalan hidup untuk dibawa ke mana-mana. Perlu dicairkan dengan menggunakan momentum apa pun yang memungkinkan. Salah satunya adalah lebaran. Dengan begitu, kesalahpahaman, kekhilafan, atau sakit hati dapat diluruskan dan diperbaiki demi kebaikan bersama.

Boleh jadi, tindakan AHY tersebut terinspirasi oleh buku SBY berjudul "Selalu Ada Peluang". Saya sendiri belum membaca buku itu. Saya hanya menduga-duga isinya sarat dengan gagasan-gagasan positip-optimistik yang dapat merangsan pembaca berkreasi dalam menghadapi berbagai situasi.

Pesan implisit

Namun, apa pun yang menginspirasi AHY bukan jadi soal. Yang mungkin lebih penting ialah kecerdasannya memanfaatkan dan/atau membuat momentum. Di sini AHY menyebar beberapa pesan secara implisit. Pertama, dirinya adalah individu yang lebih mengedepankan pencarian solusi. Ia tidak mau berlama-lama dalam situasi konflik. Ia berusaha menjadi solusi atau setidaknya menjadi bagian dari solusi.

Kedua, AHY menunjukkan kepada publik bahwa dirinya bukan sekedar penggembira politik seperti anggapan banyak orang ketika ikut bersaing dengan Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilgub DKI tahun 2017.

Ia bisa tampil, walaupun meninggalkan karirnya di TNI, bukan karena ia anak SBY sebagai Presiden RI ke-6. Bukan juga karena rasa sungkan sehingga bersedia menjadi korban ambisi ayahnya tercinta, SBY, seperti dugaan banyak orang sebelumnya.

Ketiga, AHY menunjukkan bahwa dirinya memiliki potensi yang dibutuhkan pada saat-saat genting. Dirinya bukanlah pribadi yang mudah putus asa, berpikiran pendek, mudah buntu dan mutung. Selalu ada peluang, kata SBY pada judul bukunya.

Boleh saja orang bilang bahwa AHY tengah membangun citra diri untuk kepentingan Pilpres 2024. Sampai-sampai ia membakai mobil berplat "B 2024 AHY" ke mana pun ia pergi. Anggapan semacam ini tidak salah. Sama tidak salahnya kalau tujuan AHY seperti itu. Untuk membangun citra boleh saja dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dengan cara apa saja asalkan tidak melanggar hukum dan tidak menyesatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun