Dalam percakapan Prabowo dan Luhut yang diberitakan media terbaca sinyal baik. Mirip sinyal telepon seluler, yang sebelumnya nyaris hilang tapi tiba-tiba muncul. Dua pihak pun konek. Bisa berkomunikasi.
Jadi, tak perlu mencari apa dan di mana letak kesalahannya. Kemungkinannya banyak. Bisa saja pancaran sinyal kurang kuat. Bisa juga posisi telepon di luar jangkauan jaringan atau lagi lowbat salah satu atau dua-duanya, dan seterusnya.
"Saya pulang tanggal 3 Juni, bang!" ungkap Prabowo kepada Luhut setelah menjelaskan kepergiannya di Austria via Dubai terkait urusan bisnis dan kesehatan. Percakapan kedua tokoh itu menunjukkan keakraban sebagai teman. Mereka bicara santai, termasuk dalam cara memanggil dengan sebutan bang untuk Luhut dan Wo untuk Prabowo.
Berita ini tentu menggembirakan banyak pihak. Jika jadi bertemu, maka pertemuan itu besar kemungkinan dapat menurunkan suhu politik dalam negeri. Ini yang paling pokok. Soal pihak mana yang menang pada gugatan hasil Pilpres di MK tak usah diperbincangkan. Biar menjadi urusan kuasa hukum masing-masing pihak.
Harus diakui bahwa inisiatif Prabowo menelpon Luhut sangat positip. Mengisyaratkan masih adanya respek dalam diri Prabowo terhadap kepentingan bersama. Ini menunjukkan bahwa hati Prabowo tidak sekeras yang dibayangkan banyak orang selama ini.
Sinyal baik ini perlu diapresiasi. Perlu segera ditangkap dengan sikap dan respek setimpal agar komunikasi bisa lancar kembali. Sikap dan pemikiran yang selama ini berhadap-hadapan, dipertemukan kembali dengan posisi hadap ke arah yang sama.
Beberapa pokok pikiran
Untuk mecapai hal itu, ada beberapa pokok pikiran yang mungkin perlu. Pertama, masing-masing pihak berupaya mengendalikan suasana hati pendukung dan simpatisan masing-masing kubu agar kembali normal. Prabowo perlu mengendalikan situasi internalnya untuk mencegah terulangnya kerusuhan. Hal yang sama berlaku bagi para pendukung dan simpatisan Jokowi supaya tidak memancing emosi kubu Prabowo.
Upaya tersebut, tentu tidak selalu mudah. Pihak ketiga yang tak ada kaitannya dengan kubu mana pun, tetapi belum menghendaki rasa aman dalam negeri, bisa saja melakukan tindakan yang aneh-aneh dengan mengatasnamakan salah satu kubu untuk bisa memancing di air keruh.
Mengatasi hal itu sangat diperlukan koordinasi dan komunikasi intensif antar kedua kubu dan di internal masing-masing. Bagaimana bentuk dan caranya bisa dirumuskan dan disepakati bersama.
Dengan adanya koordinasi dan lancarnya komunikasi, pihak ketiga bisa dideteksi dan dicegah agar tidak bermain api lagi. Kalau perlu, "dilawan" bareng-bareng bila masih nekat. Apabila hal ini bisa diwujudkan besar kemungkinan upaya para preman dan pengacau bisa dipatahkan.