Mohon tunggu...
Yorigitha JulianaRajagukguk
Yorigitha JulianaRajagukguk Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bahasa dan Sastra Inggris UNAIR

saya suka bernyanyi and i am an artist

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Pendidikan Nasional yang Inklusif di Tengah Dinamika Budaya Lokal dan Nasional

20 Agustus 2024   20:14 Diperbarui: 20 Agustus 2024   20:15 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan adalah fondasi utama untuk membangun sebuah bangsa. Di Indonesia, sistem pendidikan nasional telah lama menjadi instrumen untuk menciptakan persatuan dan integritas di tengah keberagaman yang luar biasa. Namun demikian, dengan dinamika budaya lokal dan nasional yang sedang berlangsung, muncul pertanyaan penting seperti bagaimana pendidikan nasional dapat disesuaikan untuk melestarikan budaya tanpa mengorbankan identitas nasional? Pada intinya, sistem pendidikan nasional Indonesia dimaksudkan untuk menyatukan berbagai suku, agama, ras, dan kelompok menjadi satu Indonesia.

Melalui kurikulum yang seragam di seluruh negeri, dirancang bagi setiap siswa untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila, mempelajari sejarah nasional, dan mengembangkan patriotisme. Namun, pendekatan ini juga sering terjebak di antara dilema standarisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal. Salah satu tantangan signifikan yang dihadapi sistem pendidikan nasional adalah bagaimana menciptakan identitas nasional yang kuat secara nasional sambil melestarikan budaya lokal. Di satu sisi, kurikulum harus distandarisasi untuk memastikan bahwa semua siswa di Indonesia menerima pendidikan yang setara dan merata. Di sisi lain, pendekatan yang seragam seperti itu seringkali mengabaikan atau bahkan menekan kekayaan budaya lokal yang hadir di setiap daerah. Misalnya, ambil kurikulum sejarah di sekolah. Lebih sering daripada tidak, fokus utamanya adalah pada sejarah nasional yang berputar di sekitar peristiwa besar yang terjadi di Jawa, seperti perjuangan kemerdekaan atau pengembangan kerajaan-kerajaan besar di Nusantara. Sementara itu, sejarah lokal, yang mungkin sangat penting bagi komunitas tertentu, sering diabaikan.

 Hal ini dapat menciptakan rasa keterasingan di antara siswa dari daerah dengan warisan budaya yang berbeda karena mereka merasa bahwa budaya mereka tidak diakui atau dihormati dalam sistem pendidikan.

Untuk mengatasi masalah ini, pendidikan nasional perlu diadaptasi agar lebih inklusif kecenderungan kebudayaan lokal. Salah satu pendekatannya adalah dengan menugaskan kearifan lokal ke dalam kurikulum sekolah. Pengajaran bahasa daerah, sastra lokal, dan sejarah setempat memungkinkan siswa untuk memiliki pengenalan dalam budaya dan rasa ingin tahu pada budaya sendiri. Sebagai tambahan, langsung menjadi peluang bagi mereka untuk mendetail sikap cinta dan rasa bangga sosial mereka sendiri. Atau, sebaliknya, juga, hormat dan hubungan hasil yang bisa dipupuk antara budaya mereka dan budaya minoritas. Contoh termasuk juga dapat diperkaya dalam umum pengenalan bagi mereka dari ragam Indonesia. Uang yang dihabiskan juga menjadi bertindak, dan juga memperkenalkan konsep keteladanan dan penerimaan kepada kebiasaan yang lain.

Tindakan berikutnya di mana sekolah-sekolah di daerah diberikan lebih dari berbakat untuk adaptasi kurikulumnya dengan kearifan lokal. Maka, waktu sekolah di sore hari dikembangkan dengan memenuhi standar untuk mengonsumsi untuk yang berkurang atau di mana tradisi timur yang kuat layak. Dalam hal ini, pendidikan nasional yang inklusif terhadap kebudayaan lokal bukan demi mempertahankan warisan budaya, melainkan demi menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan saling menghargai satu sama lain. Di bawah arus globalisasi yang semakin mempengaruhi hidup kita, pendidikan perlu memberi nilai lokal pada lingkungan anak-anak, tetapi sekaligus memberi mereka standar internasional dan persaingan yang seimbang.

Dalam hal ini, pendidikan nasional perlu berfungsi sebagai jembatan antara perlunya generasi muda kami tumbuh dalam identitas nasional yang kuat dan perdamaian serta penghargaan-penghargaan terhadap keberagaman budaya lokal sehingga generasi ini bukan hanya mampu menghormati kekayaan alam kita yang beragam tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam dan penghargaan terhadap kekayaan yang ada di negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun