Mohon tunggu...
Yordin Seni
Yordin Seni Mohon Tunggu... Freelance -

Murid Baru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Energi Gravitasi Pikiran

5 Mei 2019   14:00 Diperbarui: 5 Mei 2019   14:10 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sosial menyangkut pada koneksi. dasar-dasar sosial  adalah keterkaitan. Hubungan. Manusia sosial, tidak hanya fisik. Manusia sosial pada pikiran. Pikiran saling terkoneksi. Pikiran yang terkoneksi menciptakan energi untuk mewujudkan keinginan. Bersama lebih kuat. Pikiran yang paralel akan lebih cepat memproses keinginan.

Sosial berpikir ada dalam bentuk nyata, yakni revolusi. Pikiran banyak orang tergabung, bergerak, menghasilkan tindakan dalam skala masif. Pikiran-pikiran yang bersosialisasi, otomatis membentuk energi untuk mempengaruhi pikiran individu. Individu akan terpola dan ikut bersosial dengan pikiran orang banyak, gravitasi pikiran. 

Pikiran dalam jumlah besar, dapat mengguncang jenis peradaban paling kokoh sekalipun. Pikiran bergerak bebas tanpa terikat ruang maupun waktu. 

Oleh karena kebebasan tersebut, energi pikiran yang tercipta dari pikiran orang banyak, menarik pikiran individu lain, untuk ikut serta bersosialisasi.

Timbul gravitasi pikiran, menyebabkan realita terganggu. Realita bisa dibengkokan oleh gravitasi pikiran. Disini pikiran membuktikan bahwa keberadaan itu bersifat tidak terbatas. 

Pikiran positif menghasilkan realita positif, artinya keinginan yang menjadi bahan bakar pikiran itu positif. Demikian sebaliknya pada pikiran negatif.

Pikiran pada dasarnya tidak memiliki standar moral, entah baik maupun jahat, pikiran tetap berpikir dan mewujud dalam tindakan. Pikiran disini lebih seperti senjata. Entah untuk menembak penjahat atau merampok bank, senjata patuh. Tetapi pikiran bukan benda mati. Ia hidup dan bergerak. 

Pikiran yang bersosial dituntun oleh aturan yang menetapkan suatu standar moral. Aturan yang menetapkan standar moral itu purba. Aturan tersebut bernama KARMA.

Maka, pikiran yang bersosial akan lebih bertindak secara positif daripada negatif. Sebab karma akan datang dengan sebab akibat. Itu mutlak.

Pikiran yang berpikir negatif serta bertindak negatif, tidak akan berkembang, oleh sebab stigma sosial. Pikiran ini akan dianggap kotor. Oleh karena negatif disumpahi dan dianggap kotor, karma akan datang padanya. 

Begitu pula pikiran positif, karma akan memberi positif. Oleh karena pikiran lainnya akan mendoakan (doa itu positif) pikiran tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun