"Lebih baik, aku membolos saja" Hans berkata dalam hati. Tetapi demi membayangkan hukuman yang akan didapatkan, ia menyingkirkan rencana tersebut. Gurunya yang killer itu, akan menunjukan wujud siksa neraka yang sebenarnya, jika Hans kedapatan membolos. Mungkin saja, Hans akan dilempar ke Pulau Buru.
"Oiiii!! Siapa yang mandi di dalam? Lama banget sih!!" Teriak kakaknya, Albert, sambil menendang-nendang pintu kamar mandi. Dia hendak mandi rupanya, tetapi karena Hans kelamaan. Kesabarannya habis. Kesabarannya sudah terkuras, saat debat membela capres jagoannya.
"Ketigaaa!!! Eh!! Ia, Kak!! Aku keluar semenit lagi" balas Hans sambil melingkarkan handuk hitamnya di pinggangnya yang kecil seperti gagang sekop. Ia pernah diduga busung lapar oleh petugas Puskesmas.
Bergegas Hans keluar dari kamar mandi, demi menghindari amukan kakaknya. Sambil berjalan pelan ke kamar, ia terus merapalkan Pancasila berulang-ulang kali, tetap saja ia tidak mengingat sila ketiga.
Sesampai di kamar, belum juga berpakaian, Hans rebahan di atas kasur. Ia menggapai smartphonenya, lalu membuka pola kunci, dan membuka aplikasi Google Chrome. Ia mengetikan pada form pencarian Google, "BUNYI SILA KETIGA DARI PANCASILA".
Ups! Capslocknya menyala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H