Mohon tunggu...
Yoran Albaniray
Yoran Albaniray Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Opini

Mencoba menuangkan argumentasi melalui tulisan yang di unggah dan berharap mampu membantu dan membuat pembaca senang.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Lebih Baik Hidup dengan Sawah, daripada Hidup dengan Beton

26 Desember 2020   19:08 Diperbarui: 2 Januari 2021   10:41 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kapan terakhir kali Anda melihat sawah?

Dari hari ke hari rasanya sudah jarang sekali kita melihat hamparan hijau yang menyapu mata kita, hamparan hijau yang dimaksud adalah sawah. Kini, sawah telah digantikan dengan beton-beton yang berjejer membentuk suatu banguan. Ya, rumah, atau akrab kita sapa dengan perumahan. Mungkin kita dapat menemukan sawah atau lahan hijau lainnya jika kita berkunjung ke daerah-daerah pegunungan dan terpencil, yang belum terjamah oleh banyak orang sehingga suasana di sana masih asri. Semakin berkembangnya zaman, semakin pesatnya kemajuan teknologi, membuat keberadaan sawah sangat sedikit dan menyempit digantikan dengan jejeran dinding beton dan rumah-rumah kaca yang tentunya tak ramah bagi lingkungan termasuk mahluk hidup. Hal ini menjadikan kita, manusia, makin kurang berinteraksi dengan alam dan merasa terhubung dengan alam.

Kurangnya lahan hijau dapat membuat tingat deperesi lebih tinggi yang bisa dialami oleh manusia, Regis Machdy dalam bukunya Loving the Wounded Soul: Alasan dan Tujuan Depresi Hadir di Hidup Manusia menyatakan bahwa kehidupan modern di daerah perkotaan yang padat dan kompleks cenderung meningkatkan probabilitas gangguan mental pada seseorang. Salah satu penyebabnya adalah minimnya lahan hijau di lingkungan perkotaan (daerah urban) yang bisa menyegarkan mata serta jiwa.

Hipotesis biofilia menyatakan bahwa manusia dari zaman evolusi secara alamiah memiliki keterikatan khusus dengan alam. Hal ini karena manusia zaman dulu menghabiskan lebih dari 99,99% dari waktu hidupnya di alam. Hal inilah yang membuat kita memiliki perasaan terikat terhadap alam karena fungsi psikologis kita beradaptasi paling baik saat berada di alam. Banyak orang yang sibuk, jenuh bahkan stress dengan kesibukan atau aktivitas sehari-hari yang membuat kondisi tubuh menurun dan tubuh menjadi rentan terkena penyakit. Maka dari itu, alam sangat memberikan manfaat, baik secara fisik maupun psikologis. Hal ini dibuktikan dengan berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli. Penelitian menemukan, 90% orang meningkat harga dirinya setelah berjalan mengelilingi taman kota dan 3 dari 10 orang juga merasakan depresinya berkurang.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, sejujurnya lebih baik hidup berdampingan dengan sawah. Karena penulis berpendapat, jika kita hidup berdampingan dengan alam atau lahan luas yang membentang tentunya akan mengurangi depresi dan perasaan stress akan aktivitas sehari-hari yang kadang sulit ditebak dan tidak sesuai ekpetasi kita. Jika hal itu terjadi maka kita dapat menyembuhkan diri dan menenangkan diri dengan menatap hamparan hijau yang menyejukan mata dan menghirup udara segar jika kita berdekatan dengan alam. Ketika itu terjadi maka kita akan melakukan komunikasi intrapersonal dan menanyakan pada diri kita sendiri apa yang harus kita lakukan? Apa yang kita mau? Dan bagaimana diri kita harus menghadapinya? Dengan begitu konsentrasi akan lebih tinggi dan membuat lebih fokus lagi. Hal lain yang membuat penulis memilih untuk hidup berdampingan dengan sawah adalah udara yang dihasilkan sangat sejuk pada pagi hari dan ketika malam hari. Udara yang sejuk serta suara jangkrik di malam hari ditambah gemercik air mampu membuat tidur lebih nyenyak, tidur yang berkualitas, dan perasaan yang nyaman ketika mendengarkan suara-suara yang dihasilkan oleh alam. Selanjutnya adalah mampu memberikan cara berpikir yang positif. Tentunya, ketika kita berada dalam suasana yang nyaman, damai, dan sejuk proses berpikir kita akan lebih teralihkan ke arah yang positif dengan keadaan dan kondisi pikiran baik maka akan menghasilkan pemikiran yang baik pula.

Dengan demikian, akan lebih baik jika kita terus berdampingan dengan alam dan melestarikannya. Banyak hal-hal positif yang dihasilkan oleh alam jika kita mampu merawatnya, alam akan memberikan yang terbaik jika kita juga melakukan hal yang sama kepada ‘mereka’. Bagimana kita akan berkonsentrasi, tidur dengan nyaman, dan berpikiran positif, jika lingkungan sekitar kita saja tidak mendukung? Dinding beton yang semakin banyak, pastinya akan membuat ekosistem yang ada menjadi terganggu. Tidak hanya ekosistem saja yang terganggu, kualitas udara dan kesejukan lingkungan pun akan ikut terpengaruh jika dinding-dinding beton terus meluas dan menyingkirkan hamparan hijau yang menyejukkan. Maka dari itu lebih baik hidup berdampingan dengan sawah, daripada hidup dengan beton.

Referensi :

pijarpsikologi. 2019. Mengapa Alam Begitu Menenagkan?. Dikutip dari https://pijarpsikologi.org/mengapa-alam-begitu-menenangkan/.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun