Mohon tunggu...
Yopi Ilhamsyah
Yopi Ilhamsyah Mohon Tunggu... Dosen - Herinnering

Herinnering

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misteri di Gedung Kampus

22 Januari 2022   12:05 Diperbarui: 22 Januari 2022   12:12 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut kampus jelang malam. Foto: Dokpri.

"Yop! Di mana posisi? Hari ini batas pengumpulan proposal, bisa datang ke Pusat Riset?" Demikian pinta teman saya di ujung telepon sekira pukul 10.00 pagi waktu Indonesia barat (WIB). Saya segera bergegas. Sesaat kemudian saya pun meluncur ke Pusat Riset yang membidangi media pembelajaran.

Pusat Riset ini berkantor di lantai 3 pada salah satu gedung di dalam lingkungan kampus tertua di Aceh. Gedung ini berjarak sekitar 150 meter dari pintu masuk/keluar barat daya kampus yang berseberangan dengan Krueng (Sungai) Aceh.    

Tiba di Pusat Riset, saya menjumpai teman saya sebut saja nama beliau Bang Andi. Beliau menjabat sebagai ketua Pusat Riset. 

Saya langsung ditugasi untuk membantu beliau mengkompilasi bab demi bab yang telah dikirimkan oleh tim.

 Sesekali diselingi pembicaraan serius terkait strategi menyelesaikan keseluruhan naskah proposal serta mengirimkannya sebelum pukul 00.00 malam ini. 

Proposal tersebut adalah proposal pengajuan Pusat Riset sebagai Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUI) ke salah satu direktorat kementerian.

Memasuki pukul 17.00 sore, naskah proposal selesai juga, tetapi masih belum mengikuti format yang ditentukan oleh pihak direktorat. 

Seorang teman lain yang juga bagian dari tim pengusul proposal telah kami hubungi sebelumnya guna menyesuaikan kembali naskah proposal mengikuti format. 

Kami segera mengirim naskah proposal via email kepada teman tersebut sembari berharap ia dapat menyelesaikannya sebelum Maghrib pukul 19.00 WIB.

Kala menikmati gorengan dan bandrek sambil menunggu teman kami menyelesaikan tugasnya, Bang Andi mendapat panggilan telepon dari salah seorang Wakil Rektor yang juga dewan pembina Pusat Riset ini. 

Kami diminta ke ruangan beliau untuk melaporkan progres proposal. Kami pun meluncur ke gedung Rektorat. Bersama-sama, kami memeriksa kembali isi proposal. 

Kami menemukan ada beberapa sub-bab yang terlewati. Untuk itu, Pak Wakil Rektor meminta kami untuk bekerja di kantor beliau sampai proposal siap untuk dikirimkan.

Menuliskan ide dalam proposal sangat menyita waktu, kami baru selesai pukul 23.00 lewat.

Kami kembali memeriksa naskah proposal berikut format yang disyaratkan. Dirasa telah memenuhi ketentuan, kami segera mengirim proposal berikut dokumen persyaratan lainnya via email beberapa menit sebelum pukul 00.00 WIB.

Usai berbincang singkat dengan Pak Wakil Rektor, kami segera kembali ke Pusat Riset. Tugas berikutnya adalah printing proposal, menjilid dan mengirimkannya lewat jasa kurir besok pagi.

Karena sudah tengah malam, kami memutuskan untuk menginap di kantor Pusat Riset. Kami menyantap kembali sisa gorengan dan bandrek diselingi obrolan seraya menonton film dini hari di televisi hingga kantuk melanda kami.

Bang Andi tidur di ranjang buatan di ruang kerja beliau sementara saya merebahkan diri di salah satu sekatan yang berfungsi sebagai tempat sholat. Bang Andi ini dulunya adalah dosen saya. Menginap di kampus bersama beliau kerap kami lakukan sejak saya masih menjadi mahasiswa beliau dengan dalih mengerjakan proyek.

Saat berbaring saya mendapati perut saya terasa mulas sekali. Sebenarnya sejak dari ruang Wakil Rektor saya telah merasa mulas. Di sana kami disuguhi makan malam berikut cemilan yang sangat banyak dan saya menyantapnya sambil bekerja. Maklum, menyusun proposal membutuhkan energi besar hehe...

Sedari tadi sebenarnya saya mau ke toilet tapi karena hanya terasa sedikit mulas sehingga masih bisa saya tahan. Namun, alasan sebenarnya saya menahan mulas, karena takut pergi ke toilet. Toilet berada di seberang kantor Pusat Riset di pojok sebelah barat yang menghadap ke komplek perumahan dinas.

Kira-kira sepuluh tahun yang lalu, ada orang terjatuh dari gedung ini. Disinyalir korban terjatuh dari lantai 3. Korban diduga terjatuh karena bersandar di pagar besi. Lokasi tempat korban terjatuh dari pagar besi persis berada di sisi toilet. Korban tergeletak tidak bernyawa di pekarangan lantai dasar, tepat di bawah toilet!

Tapi karena desakan perut yang telah terasa sangat sesak, akhirnya saya memberanikan diri melangkah ke luar menuju toilet. Sebelumnya, saya mau mampir ke ruang kerja Bang Andi bermaksud minta ditemani, tapi dengkuran beliau menginterupsi langkah saya.

Lampu teras redup menemani langkah kaki saya menuju toilet di pojok seberang lantai 3. Awalnya saya masuk ke toilet pria. Lampu toilet tidak menyala. Saya merogoh handphone di kantong, dengan cepat mengaktifkan senter. Tapi sayang, saya mendapati toilet pria kotor. "Kurang nyaman nih," dongkol saya dalam hati.

Saya berpindah ke toilet wanita sambil berpikir tidak mungkin ada wanita malam-malam masih berkantor dan pergi ke toilet. Dalam remang-remang saya mendapati toilet wanita lumayan bersih. Saya mencoba menyalakan saklar. Dugaan saya benar, lampu di sini juga mati.

Haduuhh... 

Saya memutuskan untuk "berdiam" di toilet wanita dengan sedikit menutup pintu agar lampu dari luar sedikit bisa menerangi ruang di dalam toilet wanita ini.

Toilet wanita ini berada persis di samping pagar besi yang menghadap ke barat, letak toilet sedikit masuk ke dalam.

Kloset duduk di toilet wanita ini menghadap ke pintu. Saya pun sesegera mungkin menyelesaikan panggilan alam ini.

Belum selesai, tiba-tiba saya dikejutkan dengan sekelebat bayangan orang melintas di lantai ke arah barat (ke sudut teras). Bayangan itu tampak jelas. Bayangan orang dengan anggota tubuh lengkap mulai dari kepala, badan dan tangan yang bergoyang laksana orang yang sedang berjalan. Saya pun segera menyudahi panggilan alam dan bebersih sekenanya.

Kala menghambur ke luar dari toilet, saya sempat menoleh ke arah kiri (barat). Tidak ada siapa-siapa. Lantas bayangan siapa yang saya lihat barusan? Penasaran saya berjalan ke pojok teras ke arah barat di samping toilet, berpegangan pada pagar besi dan melongok ke bawah. Hamparan paving blok tampak sedikit terang disinari lampu redup dari pekarangan bawah.

Terbersit dalam benak kalau mungkin itu adalah maling. Tapi kenapa ia berjalan menuju ujung teras buntu yang dibatasi pagar besi. Kalau benar itu maling, ke mana ia setelah nya, melompatkah? Dari lantai 3? Tanya saya dalam hati.

"Kalau benar itu orang, konon lagi maling takut juga nih," Pikir saya dalam hati. Saya ngeloyor balik ke kantor dan mengunci pintu.

Tk tk tk tk... bunyi jarum panjang jam berdetak di ruang yang hening. Saya menoleh ke jam dinding, pukul tiga lewat seperempat. Saya merenungi kembali apa yang tampak barusan

Sehubungan peristiwa korban jatuh satu dekade silam, memang ada rumor-rumor yang beredar. Ketika itu, korban terjatuh kala hari masih subuh, tentu ini menimbulkan tanda tanya.

Saya memejamkan mata sambil berdoa Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu kepada korban. Yaah kita semua pasti mengalami mati. Kapan, di mana dan apa penyebabnya masih menjadi misteri yang hanya diketahui Yang Maha Kuasa. 

Pagi hari di toko fotokopi sambil menunggu penjilidan, saya menceritakan peristiwa semalam kepada Bang Andi. Jawaban beliau mencengangkan. Tunggu cerita selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun