Mohon tunggu...
Yopi Ilhamsyah
Yopi Ilhamsyah Mohon Tunggu... Dosen - Herinnering

Herinnering

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misteri di Gedung Kampus

22 Januari 2022   12:05 Diperbarui: 22 Januari 2022   12:12 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lampu teras redup menemani langkah kaki saya menuju toilet di pojok seberang lantai 3. Awalnya saya masuk ke toilet pria. Lampu toilet tidak menyala. Saya merogoh handphone di kantong, dengan cepat mengaktifkan senter. Tapi sayang, saya mendapati toilet pria kotor. "Kurang nyaman nih," dongkol saya dalam hati.

Saya berpindah ke toilet wanita sambil berpikir tidak mungkin ada wanita malam-malam masih berkantor dan pergi ke toilet. Dalam remang-remang saya mendapati toilet wanita lumayan bersih. Saya mencoba menyalakan saklar. Dugaan saya benar, lampu di sini juga mati.

Haduuhh... 

Saya memutuskan untuk "berdiam" di toilet wanita dengan sedikit menutup pintu agar lampu dari luar sedikit bisa menerangi ruang di dalam toilet wanita ini.

Toilet wanita ini berada persis di samping pagar besi yang menghadap ke barat, letak toilet sedikit masuk ke dalam.

Kloset duduk di toilet wanita ini menghadap ke pintu. Saya pun sesegera mungkin menyelesaikan panggilan alam ini.

Belum selesai, tiba-tiba saya dikejutkan dengan sekelebat bayangan orang melintas di lantai ke arah barat (ke sudut teras). Bayangan itu tampak jelas. Bayangan orang dengan anggota tubuh lengkap mulai dari kepala, badan dan tangan yang bergoyang laksana orang yang sedang berjalan. Saya pun segera menyudahi panggilan alam dan bebersih sekenanya.

Kala menghambur ke luar dari toilet, saya sempat menoleh ke arah kiri (barat). Tidak ada siapa-siapa. Lantas bayangan siapa yang saya lihat barusan? Penasaran saya berjalan ke pojok teras ke arah barat di samping toilet, berpegangan pada pagar besi dan melongok ke bawah. Hamparan paving blok tampak sedikit terang disinari lampu redup dari pekarangan bawah.

Terbersit dalam benak kalau mungkin itu adalah maling. Tapi kenapa ia berjalan menuju ujung teras buntu yang dibatasi pagar besi. Kalau benar itu maling, ke mana ia setelah nya, melompatkah? Dari lantai 3? Tanya saya dalam hati.

"Kalau benar itu orang, konon lagi maling takut juga nih," Pikir saya dalam hati. Saya ngeloyor balik ke kantor dan mengunci pintu.

Tk tk tk tk... bunyi jarum panjang jam berdetak di ruang yang hening. Saya menoleh ke jam dinding, pukul tiga lewat seperempat. Saya merenungi kembali apa yang tampak barusan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun