Merespons perkembangan situasi terbaru, E.C van Daalen menggelar rapat bersama para perwira. Para perwira mengeluhkan banyak artileri yang rusak terkena tembakan meriam Aceh sehingga tidak mencukupi untuk menggempur keraton.
Perwira intelijen menyampaikan laporan bahwa serombongan besar laskar Aceh lainnya akan datang dan mengepung Belanda, menutup akses Ulee Lheue-Mesjid Raya.
Selain jumlah kapal tongkang pengangkut pasukan yang terbatas, Komandan Angkatan Laut Koopman lagi-lagi melaporkan kalau musim hujan telah tiba, bala bantuan yang diberangkatkan lewat Sungai (Krueng) Aceh terkendala derasnya arus yang mengalir ke muara sementara pengiriman bantuan lewat darat terhambat jalanan yang tergenang luapan rawa. Sementara markas mereka di Ulee Lheue yang berlokasi di pinggir muara turut kebanjiran.
Van Daalen yang khawatir dengan situasi cuaca buruk yang dihadapinya melapor ke Niuwenhuyzen. Ia berharap agar diberi izin untuk menarik segera pasukan ke pantai Cermin sebelum kondisi jalanan terputus akibat banjir dampak dari hujan besar.
Setelah disetujui, di tengah hujan lebat dengan kondisi jalan becek, ia memerintahkan serdadu Belanda mundur ke Ulee Lheue. Strategi ini diambil untuk menghindari serbuan pejuang Aceh seraya khawatir dengan bidikan jitu para sniper Aceh. Saat hujan, pandangan menjadi terhalang serta senapan tidak berfungsi dengan baik, pikirnya.
Di Pantai Cermin sembari menunggu hujan reda, van Daalen menyusun kembali kekuatan militer Belanda. Laporan cuaca dari Koopman memperkirakan hujan besar diikuti badai angin masih melanda Aceh hingga awal Mei.
Khawatir kekuatan militer Kesultanan Aceh kembali pulih dan mendesak Belanda di pantai, van Daalen kembali melapor kepada Niuwenhuyzen kalau pihak kita tidak dapat melakukan serangan sampai hujan benar-benar reda. Namun, pasukan yang ada pun terlalu lemah untuk kembali melakukan penyerangan sehingga dibutuhkan bantuan pasukan berikut artileri. Ia menyarankan agar Niuwenhuyzen mengirim telegram ke Gubernur Jenderal James Loudon di Batavia agar pasukan diizinkan kembali ke Batavia.
Gubernur Jenderal menyetujui, tanggal 23 April 1873 seluruh prajurit sudah berada di atas geladak kapal pengangkut. Demikian juga kapal-kapal perang Belanda yang segera menarik jangkar menuju Batavia.
Di Batavia, kepulangan rombongan ekspedisi mendapat cemoohan. Seorang jurnalis Belanda, Conrad Busken Huet menulis sebuah kolom berjudul “Moessonkolonel” atau Kolonel Muson (hujan) dalam koran di Jawa.
Huet mengkritik keputusan militer Kolonel van Daalen pulang ke Batavia berikut ribuan pasukan dengan dalih hujan alih alih bertahan di Aceh sembari menyusun kembali strategi jitu guna memenangi peperangan.
Van Daalen menjadi kambing hitam. Penyelidikan atas kegagalan ekspedisi Aceh dilakukan atas perintah Gubernur Jenderal. Van Daalen yang sempat memperoleh promosi kenaikan pangkat menjadi Mayor Jenderal untuk jabatan Komandan Divisi Militer I di Jawa kemudian diberhentikan dengan hormat bersama Niuwenhuyzen.