Mohon tunggu...
Alexander Yopi
Alexander Yopi Mohon Tunggu... -

Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tontowi/Liliyana: Klimaks Kedua di Birmingham

11 Maret 2013   04:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:00 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Saya mengaggumi Chen Long ketika menundukkan Lee Chong Wei (21-17 dan 21 18) pada partai puncak tunggal putra ajang All England 2013 tahun ini. Saya pikir, inilah partai klimaks. Sesudahnya itu, citarasa All England saya akan tersakiti oleh partai berikut. Ganda campuran: Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir versus Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Pertama, kendati tampil sebagai juara bertahan untuk turnamen ini, tidaklah menjamin bahwa Tantowi/Liliyana bakal mengulang kesuksesannya pada tahun lalu. Apalagi, lawannya adalah Cina, negara yang selalu jadi dominan dalam setiap ajang bergengsi bulu tangkis dalam lima tahun terakhir.

Hampir saja oleh keseringan tim-tim kita kalah dari Cina, saya ingin beralih channel atau jika tidak ada acara yang menarik, power dimatikan. Tetapi, saya mencoba bertahan untuk menyaksikan babak pertama dari satu-satunya wakil Indonesia tersebut.

Kedua, beban Tantowi/Liliyana terlampau berat. Untuk setiap ajang bergengsi, pundak merekalah yang selalu diletakkan gengsi bangsa ini. Saya tidak ingin melimpahkan kekecewaan kepada Tantowi/Liliyana, oleh karena fanatisme saya – termasuk fanatisme sebagian besar penduduk Indonesia – yang mencintai olahraga bulu tangkis. Sudah diberi beban lalu diumpat pula. Ini tidak fair. Lebih baik tutup televisi dan baca berita pada pagi harinya. Rasa sakit itu tidak sampai akut dan mengumpat.

Tetapi, keputusan saya kali ini tepat. Partai ganda campuran itu berhasil saya tonton hingga selesai. Jika perlu, durasinya diperpanjang hingga acara konferensi pers atau doorstop, demi mengetahui lebih cepat komentar Tantowi/Liliyana.

Setelah terpuaskan oleh pertandingan kelas dunia – yang bagi saya sama berbobotnya dengan final tunggal putra All England tahun lalu antara Lee Chong Wei dan Lin Dan – pada tunggal putra sebelumnya, Tantowi/Liliyana memberikan saya klimaks kedua yang supremum.

Tantowi/Liliyana berhasil mempertahankan gelar ganda campuran itu sebagai juara bertahan. Tetapi itu tidaklah terlalu penting, jika menyaksikan bagaimana cara keduanya menghabisi Zhang Nan/Zhao Yunlei. Mereka sama sekali tidak memberi kesempatan pasangan Cina - yang unggul head to head dengan empat kali kemenangan dari enam kali pertemuan – untuk mengembangkan permainan. Bola-bola datar, sergapan Liliyana, dan ditutup dengan smash Tantowi menyebabkan ganda campuran Cina itu mati kutu.

Angka demi angka dengan cepat diraih pasangan Indonesia ini. Tidak sekalipun ganda campuran Cina itu dibiarkan memimpin peroleh point. Tantowi/Liliyana selalu dominan dalam pengumpulan nilai berkat permainan cemerlang mereka membungkam langkah dan strategi permainan ganda campuran Cina.

Kelemahan ganda campuran Indonesia ini sebelumnya adalah di Tantowi. Dia sering melakukan kesalahan sendiri, karena tidak sabar, dan emosional. Lalu, Liliyana yang sudah lebih berpengalaman harus menutup kekurangan Tantowi.

Tetapi, tidaklah demikian yang terjadi. Sepemandangan penglihatan, sekitar 80% smash keras Tantowi menghasilkan point. Sama banyaknya juga dengan rasio keberhasilan penempatan bola akurat Tantowi demi mendulang point.

Hal ini pulalah yang menyebabkan Liliyana dengan lebih sigap menerkam bola yang ada di depan net. Sesekali berkat kelenturan pergelangan tangannya, shuttlecock itu meluncur tipis ke bidang lawan melalui bibir net. Liliyana dengan sangat baik memainkan peran sebagai penjagal depan net.

Agak mencemaskan ketika Liliyana berhasil didorong ke belakang dan bola diangkat ke atas. Soal menggebuk, Liliyana kurang tajam dibandingkan Tantowi. Namun, Tantowi tahu akan kelemahan ini dan berdiri agak ke belakang untuk melepaskan tembakan tajam dari bola tanggung yang seharusnya ditujukan pada Liliyana. Keadaan ini menyebabkan pasangan Cina itu paceklik strategi.

Zhang Nan/Zhao Yunlei lalu mati langkah, terdesak, dan membuat banyak kesalahan sendiri. Mereka tidak bisa berbuat banyak dan berpikir untuk menemukan strategi baru, kecuali meladeni permainan menyerang, cepat, dan taktis Tantowi/Liliyana. Mereka pun gugur.

Tantowi/Liliyana, mereka telah mencatat rekor baru. Dua kali berturut menjuarai All England. Selamat buat Tantowi/Liliyana dan Tim ganda campuran Indonesia. Aku terpuaskan, Indonesia terpuaskan.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun