Mohon tunggu...
Alexander Yopi
Alexander Yopi Mohon Tunggu... -

Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Madre, Dee, dan Prokreasi Sejuta Umat

8 Agustus 2011   06:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:59 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Madre ialah prokreasi Dewi Lestari. Dee, demikian dia dikenal, terlahir kembali setelah lama terbenam di Kota Supernova. Dia dengan sejuta parabel tertancap di otaknya itu memilih menggunakan kembali penanya untuk mengurai sakit kepalanya. Sulit membayangkan hidup berdampingan dengan sejuta parabel di otak seperti yang dijalani Dee. Betapa Dee akan terus terusik, terganggu, bahkan tersiksa. Lebih-lebih ketika penanya gagal bertuah dan melahirkan parabel itu sesuai yang dimauai otaknya.

Sampai Madre itu lahir, Dee pun menjadi maklum untuk tidak lagi melawan arus. Siksa batinnya yang selama ini ditanggung akibat beranak pinaknya parabel dalam otaknya itu telah menemukan ari-arinya. Sebenarnya bukan Dee yang menemukan ari-ari itu. Dee hanya tidak mau melawan arus. Tidak mau munafik. Tidak mau menyangkal dirinya lagi. Tidak ingin menjadi layang-layang lagi. Dee hanya mau berterus terang, lebih bersabar untuk membiarkan parabel yang beranak pinak dalam otaknya itu memilih dirinya untuk berdifusi dan bermetaformosis. Dee hanya tidak ingin melawan kehendak pikiran, hati, dan badannya untuk dilahirkan kembali.

Kekhasan penceritaan Dee adalah parabelistik, dari Supernova hingga Madre. Bagi Dee, parabel adalah gaya penceritaan bak sebuah perkawinan yang romantis dan mesrah. Ada konflik, ada krisis, tetapi konflik dan krisis itu saling mengisi secara romantis dan mesrah. Namun, romantika itu hanya bumbu yang dipakai Dee untuk menarik perhatian pembaca dan penggemarnya pada proses perkawinan yang sesungguhnya, yakni pembuahan, pembelahan diri, dan siap dilahirkan kembali.

Sudah tentu Madre adalah kisah nyata Dee. Atau anggaplah sebagai kasus pencarian Dee atas Madre dirinya. Banyak peristiwa yang melingkupi Dee sebelum Madre, yang menggayut, mengusik, dan menyiksa pikiran, hati, dan tubuhnya. Kelahiran, perpisahan, pertemuan, jatuh cinta, kepercayaan adalah bagian dari kisah nyata, kisah pencarian Dee. Kendati Madre adalah kerja evolusi, dengan cakap Dee telah mengubahnya menjadi kerja revolusi. Dee tetap tidak ingin menjadi tokoh utama. Dia melebur. Dia hanyalah tangan dan kaki parabel yang berkecamuk di otaknya, yang membelah dirinya, membuahi, dan melahirkan kembali dirinya. Dee mengajak semua orang mencontohi inkarnasi dari perkawinan pena dan hatinya, tubuh dan jiwanya.

Madre tidak lain adalah esensi, yaitu sesuatu yang berkecamuk, bergelora, berkecambah dalam diri seseorang. Apapun seseorang menjadi, keberadaan dirinya sangat ditentukan oleh baku mutu yang menjadi motor dalam dirinya. Esensi itu tidak mungkin dipaksakan, tidak mungkin dijadikan, tidak mungkin pula dicuri. Dia memilih sendiri tempatnya, bertumbuh tanpa diminta, beranak pinak tanpa dibuahi. Dia dilahirkan dalam potensia, pada kemampuan seseorang untuk menjadi. Dia adalah adonan hidup yang siap dibentuk dan membentuk.

Seseorang yang telah dipilih oleh Madre tidak mungkin akan menyangkali keberadaan Madre. Sekali Madre melekat, dia tidak akan bisa dihapus. Melawan arus, munafik, menipu diri, atau menyangkali Madre adalah pekerjaan yang sia-sia. Atas cara tertentu, Madre akan memanggil pulang ketersesatan itu dan membuat seseorang mau tidak mau mengakui Madre dalam dirinya.

Demikian yang terjadi pada Madre dan Tansen. Madre telah memilih Tansen, apakah Tansen sanggup menyangkalinya? Tidak, dalam pencariannya Tansen justru menemukan esensi dirinya, panggilan jiwanya bersama Madre. Sejauh dia berlari, sebisa dia menyangkal, Tansen tidak mampu terus berlari dan melawan arus jiwanya.

Demikian pun yang terjadi pada Che dan Starla. Pada jiwa mereka, Madre telah memilih. Che dan Starla sama-sama tidak mau tahu, berlari, menjauh tinggi bak layang-layang yang terbang bebas. Namun, mereka lupa, tumpuan layang-layang hatinya itu telah terpatri satu sama lain pada Madre yang sama. Sejauh mereka berlari, sejauh mereka terbang, sesungguhnya mereka telah terikat satu sama lain.

Hubungan Madre dan seseorang adalah hubungan prokreasi, saling melahirkan satu dengan yang lainnya. Madre yang telah memilih itu membiarkan dirinya menganak pinak dari kelahiran demi kelahiran seseorang. Kemampuan Madre adalah melahirkan bahkan dalam beratus-ratus kali. Sementara itu, seseorang yang telah terpilih itu mencapai kelahiran demi kelahiran dalam beratus-ratus kali berkat kesempatan, peluang, dorongan, dan tuntunan Madre.

Karena itu, Madre akan mati jika tidak melahirkan atau mencapai kelahiran. Kehilangan Madre sama saja dengan kiamat untuk seseorang. Demikian pun jika seseorang itu berhenti melahirkan, Madre pun mati. Madre tidak hidup dalam kulkas beku. Madre tidak bisa hidup tanpa Tansen. “Madre jangan dibikin nganggur,” kata Pak Hadi kepada Tansen. Karena itu, Madre akan mengusik dan menyiksa seseorang untuk menemukan dirinya dan melahirkan. Madre perlu kreativitas seseorang, perlu pikiran, hati, dan tubuh seseorang untuk melanjutkan hidupnya. Ketika dia hidup, dia melahirkan oleh pikiran, hati, dan tubuh seseorang, Madre akan memberi kelahiran demi kelahiran baru baginya.

Yah, Madre adalah adonan hidup, panggilan jiwa, potensia yang tidak bisa berkembang biak tanpa belajar, memahami, bekerja keras. Sama seperti seorang ibu yang melahirkan dalam sebuah Rimba Amniotik, dia tidak hanya sekedar mengeluarkan sebentuk daging yang tertancap di rahimnya. Dia bukan sekedar seorang ibu yang bertugas melahirkan dan mengasuh. Lebih dari itu, dia yang disebut janin itu dan kemudian anak pada sisi yang lainnya adalah Madre untuk sang ibu. Dalam hubungan ibu dan anak, keduanya saling melahirkan dan dilahirkan.

Banyak orang sering kebingungan dengan sosok Madre yang lahir dalam dirinya. Mereka kadang pesimistis dengan Madre yang telah memilih dirinya untuk menjadi. Sejuta umat itu terus menerus menyangkali dirinya, melawan arus, menipu diri, atau tidak berani berterus terang. Dalam gerakan perlawanan itu, dirinya sekian tersiksa dan sekian tersesat. Madre terus menerus memanggil dan menuntun sejuta umat itu untuk mengenal dirinya. Madre ingin dirinya dan sejuta umat itu berprokreasi, melahirkan dan dilahirkan. Namun, akibat melarikan diri, Madre itu hanya bisa tersimpan di sebuah kulkas beku. Orang itu pun tinggal sebagai sebuah toko tua yang mati.

Dee tidak berhenti pada dunia yang pesimistis. Dee justru sangat optimistis. Selama masih ada Madre di kulkas, sedangkan dirimu berkelana tanpa tujuan, Madre tetap akan setia menantimu untuk melahirkan dan dilahirkan. Dia terus memanggil dan menyadarimu dengan cara yang paling menyakitkan sekalipun. Sejak menyadari adonan hidup yang tersimpan di kulkas itu, hidup Tansen pun berubah. Dari Tan de Bakker menjadi Tansen de Bakker.

Optimisme Dee juga sangat sosial. Madre bahkan memberi hidup pada sesamanya yang lain yang telah kehilangannya. Asalkan saja sang empunya Madre di kulkas itu menyadari miliknya yang paling berharga, melahirkan dan dilahirkan, dan mengajak sesamanya yang lain yang kehilangan Madre itu untuk sama-sama dilahirkan. Bagi Mei, dia telah kehilangan Madre. Tetapi Madre memanggil dirinya melalui Tansen. Bagi Pak Hadi, Bu Sum, Bu Cory, dan Bu Dedeh, Madre memang bukan milik mereka. Madre tidak memilih mereka. Tetapi Madre yang sosial itu menunjukkan kemurahan panggilan jiwanya untuk orang-orang yang mendukung sang empunya Madre. Mereka ada dalam hubungan saling memberi dan menerima, melahirkan dan dilahirkan dalam dan bersama Madre.

Dee akhirnya seolah-olah sedang berkata, “Berhentilah menjadi layang-layang. Mari, lihat, dan kenalilah Madre dalam dirimu. Dia telah memilihmu. Dia telah lahir dari mula dalam dirimu. Pakailah Madre untuk melahirkan dan mencapai kelahiran baru. Tinggalkanlah toko lama, konsep lama, pikiran usang, hati lapuk, tubuh lusuh. Kenakanlah kelahiran baru oleh difusi dan metamorforsismu bersama Madre.”

Atas perkataan itu, setuju atau tidak, Dee telah menjadi Madre untuk prokreasi sejuta umat. Dan kita pun tidak berhak untuk memilih. Dee yang telah memilih kita!(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun