Mohon tunggu...
Yopie Doank
Yopie Doank Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di kota Bandung Tinggal di jakarta timur \r\n bekerja di video editing / P,H. sebagai ilustrator musik ,aranger freelance, menulis lagu berbagai genre, independent label,\r\n( http://www.youtube.com/results?search_query=yopie+doank -- http://www.4shared.com/u/Z8BzMGNj/Yopie_doank.html ) Kepengen bisa nulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Frame of Reference

21 Agustus 2014   01:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:01 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408534260874652558

Kerangka acuan atau frame of Reference adalah perspektif manusia terhadap suatu objek atau kejadian dengan penilaian berdasarkan kecenderungan pribadi sehingga muncul perspektif yang berbeda, istilah ini sejati nya lebih cocok untuk menjelaskan teori fisika , dalam nukilan buku kumpulan esai yang pernah diterbitkan Kompas ditulis oleh MAW Brouwer seorang dosen Filsafat UNPAD asal belanda : ,,Antara Senyum Dan menangis'' ,Frame of Reference digunakan sebagai analisis sosial dijelas kan dengan sebuah perumpamaan

Ada 3 gelas air di isi oleh air dengan suhu yang berbeda, 1 gelas kiri di isi air panas 2 Gelas yang ditengah di isi air hangat , 3 dan gelas yang kanan di isi air dingin .bila kita mencelup kan telunjuk ke air panas (gelas 1 ) kemudian ke air hangat,(Gelas 2 ) maka air hangat akan dirasakan sebagai air dingin. lalu kalau terlebih dulu kita mencelup kan jari pada air dingin ( Gelas 3) lalu ke air hangat ( Gelas2)maka air itu dirasakan sebagai air panas . maka air digelas no 2 dirasakan sebagai air panas atau dingin , ? tergantung kemana kita lebih dulu mencelup kan jari kita dari gelas no 1 atau no 3, indra perasa adalah salah satu alat penentu men ,justifikasi ,,rasa '' yang dialami seperti hal nya cara berfikir orang dalam menilai berdasarkan apriori yang terbentuk melalui ideologi ,agama, pandangan politik , dan budaya,yang semuanya punya doktrin nya sendiri sendiri .

Mungkin hal itu bisa menjelas kan bagaimana seseorang meng klaim sebuah kebenaran dalam suatu perkara, klaim klaim kebenaran harus berbanding lurus dengan Comon sense / pendapat umum , dalam sebuah komuitas masarakat . dalam teori nya orang harus meng kondisi kan situasi tertentu yang dapat mempengaruhi pendapat umum itu. lewat berbagai sarana yang ada,lewat media salah satu diantara nya , atau cara yang agak primitif dengan aksi demo misal nya ,sampai dengan cara yang paling ekstem, fitnah atau pemutarbalik kan fakta ,hingga mencapai kodisi yang dikehendaki ,tapi tentu saja setiap proyek / gerilya politik ada biaya nya , di alam demokrasi hal seperti ini sangat memungkin kan terjadi

Pada tatanan masyarakat yang lebih cerdas , usaha merekayasa pendapat umumyang sudah terbentuk dengan masif bukan perkara mudah, bisa kita lihat pada sidang sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi saat ini , penggugat dengan segala cara meyakin kan majelis hakim yang steril dari intervensi dan kepentingan   ( semoga )

penggugat menampilkan .data ,saksi, pengacara, dan didukung oleh masa diluar gedung pengadilan, bila kita kembali ke pokok bahasan, peng kondisian jari telunjuk sedang dicelup ke gelas yang berisi air dingin agar air hangat terasa panas ,

entah relevan atau tidak teori seperti ini dipakai untuk menganalisa sidang sengketa pilpres secara keseluruhan, meski majelis hakim belum memutus kan siapa yang menang dalam sengketa ini, namun dalam kenyataan sidang ini banyak kontroversi dan lelucon yang muncul dan jadi bahan tertawaan masarakat , paling tidak itulah yang terjadi , kesimpulan nya adalah : jangan mencelup kan jari kemana pun agar kita terbebas dari FRAME OF REFERENCE yang di kondisikan oleh fihak manapun

Agar bisa melihat suatu persoalan dengan jernih ,

Pulogadung 20 Agustus 2014

Sumber ganbar : Mbah Goggle


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun