Namun usaha melindungi publik khususnya anak-anak menjadi sia-sia jika media baru seperti media sosial dan over the top belum juga punya aturan konten sama sekali.Â
Semua yang dilarang di televisi dapat diakses bebas melalui internet. Entah siapa yang seharusnya mengambil inisiatif membuat regulasi. DPR lewat percepatan revisi undang-undang penyiaran atau pemerintah dengan peraturan pemerintah tentang konten media baru sebagai turunan UU ITE. Yang jelas, regulasi atas konten di internet sudah mendesak diberlakukan.
Ketika regulasi buntu, maka mau tak mau peran khalayak kini menjadi penting. Saling melakukan edukasi agar terhindar dari tayangan buruk yang berbahaya bagi anak.Â
Dalam doktrin literasi media kritis, kita pahami bahwa tontonan tidak berdiri sendiri. Ia adalah sebuah arena perang budaya. Konten-konten media yang hadir dan menjadi tontonan khalayak seringkali hadir secara halus (subtle) padahal dibaliknya ada "The Invisible hand".Â
Kepentingan yang kadang tak terlihat tapi nyata adanya. Menjadikan khalayak terutama anak-anak sebagai konsumen dan menanamkan nilai-nilai budaya tak selaras dengan pola pengasuhan anak yang kita inginkan.
Masalahnya sekarang, bagaimana bentuk pengawasannya? Tak lain tak bukan dengan pendampingan. Ya, memang butuh waktu melakukan pendampingan anak ketika menonton tayangan baik di televisi maupun di internet. Itu kewajiban yang tak boleh diabaikan orang tua.Â
Lantas, bagaimana soal pembatasan? Yayasan Pengembangan Media Anak pernah melakukan penelitian di Jakarta dan Bandung, anak menonton televisi bisa diatas 4 sampai 6 jam sehari. Penelitian Idy Muzayyad (2011), Komisioner KPI Pusat 2010-2013 memberikan komentar, jika yang tejadi demikian, maka anak-anak sudah masuk dalam kategori kecanduan.Â
Di sini, saya berkesimpulan, agar aman, anak-anak kita sebaiknya memang dibatasi hanya menonton tayangan 2 jam saja sehari dan harus dengan pendampingan. Inilah usaha kecil yang bisa kita lakukan. []
Yons Achmad
Pengamat media sosial
Penulis buku "Menjadi Kritikus Media"
CEO Kanet Indonesia
WA: 082123147969
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H