Mohon tunggu...
Lam Syahrizal
Lam Syahrizal Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN SGD Bandung

Tulisan dari seorang Gen Z yang memimpikan kesejahteraan dan keadilan di bumi ibu Pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Senja dan Imajinasi Ketika Itu

21 Mei 2023   15:22 Diperbarui: 21 Mei 2023   15:25 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita pasti tua, dunia memiliki waktu yang tidak nampak wujudnya namun kehadiran waktu sungguh terasa dalam kehidupan. Manusia mempunyai usia, dimana usia adalah indikator seberapa lama jasad ini akan terus bisa bernafas dan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk peradaban. Karna tidak bisa dipungkiri bahwa hadirnya kita ke alam bumi tidak lain adalah untuk melajutkan estafet para pendahulu dan memimpin makhluk yang diciptakan oleh Tuhan selama ini. Kewajiban manusia yang paling utama sudah kita ketahui bersama yaitu mengabdi dan menyembah Tuhan yang maha Esa, lalu kita juga berperan sebagai makhluk yang terus mencari kekuasaan -Nya dengan terus belajar serta membuka tabir yang belum banyak diketahui oleh orang-orang sebelum kita.

Berbicara tentang senja, pada saat kita menatap keindahan yang ia tawarkan rasa takjub tak dapat disembunyikan. Ia yang hanya hadir sekejab seolah-olah mengatakan kebahagiaan dunia hanya sementara maka dari itu carilah jalan untuk dapat sampai dengan kebahagiaan hakiki yaitu kebahagiaan yang Tuhan ciptakan bagi makhluk-makhluk -Nya bertaqwa.  Saya cuma mencoba menuliskan sebuah rasa Bahagia yang didapat Ketika menjadikan Tuhan sebagai tujuan, Ketika saya mencoba melakukan itu saya menganggap dunia merupakan titipan dan kita dibebankan untuk memanfaatkan dunia ini tadi dengan cara melakukan hal-hal yang disenangi oleh -Nya, Tuhan menjadi sahabat, rumah, orang tua dan tempat Kembali saya. 

DIA tidak pernah meninggalkan saya Ketika rasa lelah dan putus asa sering memhampiri, Ketika lumuran dosa menjadikan saya jatuh sejatuh jatuhnya, membuat saya muak dengan harapan dan kehidupan, disaat saya membutuhkan tempat sandaran dan mengadu serta berkeluh kesah dengan posisi saya Ketika itu, Tuhan membentangkan tangan -Nya untuk saya. Tuhan menghampiri dan menenangkan saya dengan cara-cara -Nya, dan kau tau, aku langsung tenang. Aku tenang dan kesedihan serta kepedihan hilang seketika. Saya bangga kepada diri sendiri, saya bangga karna Tuhan masih memperdulikan saya, Dia yang maha pengasih dan maha penyayang memberikan kasih -Nya kepada makhluk tidak tau diri ini secara Cuma-Cuma.

Tulisan ini saya peruntukkan untuk Allah SWT, Dia Tuhan saya dan tidak ada Tuhan selain Dia. Saya mencintai -Nya dan begitupun Dia, saya ingin terus berada dalam pelukan hangat -Nya, saya hanya ingin belas kasih dan sayang Allah SWT tidak saya balas dengan sebuah kecewa. Saya ingin memberikan hal yang sama kepada -Nya, saya ingin mencintai dan melakukan semua perbuatan yang membahagiakan Dia. Cukup itu surat senjaku untuk Tuhan, aku ingin Bahagia bersama -Nya.*

BANDUNG, 21 MEI 2023.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun