Mohon tunggu...
Yongky TeguhSetiaji
Yongky TeguhSetiaji Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - S1 Pendidikan Akuntansi

Young Researcher

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Modal Intelektual dalam Meningkatkan Efisiensi Perusahaan: Strategi Pencapaian SDGS 8 dari Departemen Akuntansi FEB UM

12 November 2024   17:11 Diperbarui: 12 November 2024   17:32 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, modal intelektual muncul sebagai pendorong utama yang menentukan efisiensi operasional perusahaan Penelitian berjudul "Peran Modal Intelektual dalam Efisiensi Operasional Perusahaan" karya Nuventin Asna Putri, S.Ak, dan Ani Wilujeng Suryani, Ph.D., dari Departemen Akuntansi Universitas Negeri Malang, memberikan perspektif baru mengenai pentingnya pengelolaan modal intelektual bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Penelitian ini berfokus pada empat komponen modal intelektual---modal manusia, modal relasional, modal inovasi, dan modal proses---dan bagaimana komponen-komponen tersebut mempengaruhi efisiensi operasional perusahaan dalam sektor manufaktur. Riset ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 8 yang mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui penciptaan lapangan kerja yang layak dan produktivitas tinggi.

Metode Penelitian

Dengan menggunakan metode Modified Value-Added Intellectual Coefficient (MVAIC) dan analisis Data Envelopment Analysis (DEA), penelitian ini mengukur dan membuktikan bahwa modal manusia berperan signifikan dalam meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Artinya, perusahaan yang berinvestasi pada pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi karyawan cenderung lebih efisien dalam menggunakan sumber daya mereka untuk menghasilkan output yang optimal. Modal manusia memungkinkan perusahaan untuk menciptakan produk yang berkualitas dengan biaya produksi yang lebih rendah, yang tentunya akan memperkuat daya saing di pasar. Sementara itu, modal relasional yang mencakup hubungan perusahaan dengan pihak eksternal seperti pemasok dan pelanggan ternyata dapat berdampak negatif terhadap efisiensi operasional. Hubungan yang terlalu kuat justru berpotensi menimbulkan perilaku oportunistik dari pihak eksternal dan menambah beban komitmen, sehingga menghambat fleksibilitas perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan pasar.

Hasil Penelitian

Temuan yang juga menarik dalam riset ini adalah bahwa modal inovasi dan modal proses tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap efisiensi operasional. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak perusahaan manufaktur di Indonesia masih mengandalkan tenaga kerja manual dalam menjalankan aktivitas produksi mereka, dibandingkan dengan teknologi atau sistem otomatisasi. Investasi pada modal inovasi dan proses memerlukan biaya besar serta periode pengembalian yang lama, dan bagi beberapa perusahaan, hasil yang tidak pasti dari investasi ini menjadi penghalang untuk melakukan transformasi digital secara menyeluruh. Dalam konteks SDGs, kondisi ini menunjukkan adanya peluang bagi perusahaan di Indonesia untuk mengembangkan teknologi dan memperkuat inovasi agar lebih kompetitif di kancah internasional.

Kesimpulan

Penelitian ini memiliki implikasi yang sangat penting, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini memperluas pemahaman tentang peran modal intelektual dalam konteks perusahaan-perusahaan di negara berkembang. Modal manusia, dengan keahlian dan pengalaman spesifik karyawan, merupakan aset yang tidak mudah ditiru oleh pesaing, sehingga dapat memberikan keunggulan kompetitif jangka panjang. Secara praktis, hasil riset ini memberikan wawasan bagi manajemen perusahaan mengenai pentingnya fokus pada pengembangan karyawan melalui pelatihan dan peningkatan kompetensi. Sumber daya manusia yang kreatif dan adaptif mampu menghasilkan ide-ide yang relevan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi, mengurangi biaya operasional, dan menjaga kualitas produk yang dihasilkan.

Lebih lanjut, penelitian ini juga menawarkan perspektif bagi pembuat kebijakan, terutama dalam rangka mendukung pencapaian SDGs. Pemerintah dapat mendorong investasi dalam teknologi melalui insentif pajak atau program dukungan lainnya untuk membantu perusahaan kecil dan menengah melakukan transformasi digital yang lebih efektif. Dengan memperkuat daya saing perusahaan dalam negeri, Indonesia tidak hanya akan mampu menarik lebih banyak investasi asing, tetapi juga menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam era persaingan global dan digitalisasi, hasil penelitian ini menjadi pengingat bagi perusahaan di Indonesia bahwa kunci untuk mencapai efisiensi operasional tidak hanya terletak pada modal finansial, tetapi juga pada optimalisasi modal intelektual. Melalui strategi pengembangan modal manusia yang kuat, perusahaan dapat memperkuat daya saing, berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang diusung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun