Belajar merupakan proses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Definisi KBBI tersebut masih terbatas, maka tidak salah jika kita berusaha “melebarkan” pengertian kata belajar ini. Dalam arti yang lebih luas, belajar suatu proses di dalam kepribadian manusia, dimana perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas.
Pada level pendidikan formal, sekolah adalah tempat yang ideal untuk belajar. Wadah ini belajar dipahami sebagai proses pembinaan dan pembentukan kepribadian yang tangguh, kritis, dan siap sedia menanggapi tantangan.
Selanjutnya, penerapan pembelajaran di sekolah dari offline ke online sebagai sesuatu yang baru pada fase adaptasi setelah merebaknya kasus Corona Virus Disease (yang selanjutnya ditulis, Covid-19) di tanah air. Artinya pandemic covid-19 berpengaruh terhadap proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah.
Kegiatan Belajar Mengajar dapat merujuk pada Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan COVID-19 pada Satuan Pendidikan, dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID- 19).
Belajar daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tentu memiliki nilai plus dan minus, hemat penulis hal yang perlu diakui bersama. Nilai plus dari belajar daring diantaranya; mencegah penyebaran Covid-19, kesempatan untuk belajar teknologi, belajar beradaptasi dengan situasi baru.
Selanjutnya adalah sisi minus belajar daring; tidak meratanya sarana/prasarana, pada level ekonomi daya beli orang tua/wali berbeda, anak menjadi tidak mandiri, faktor jaringan, atau jenis kendala lainnya.
Pada tulisan ini, penulis tidak masuk pada kategori plus dan minus dari belajar daring. Penulis masuk pada suatu fenomena setelah diberlakukannya belajar daring atau PJJ tersebut.
Hal ini saya temui pada saat diskusi dengan orang-orang sekitar, misalnya; teman kuliah, siswa/siswi, guru, dosen, orang tua/wali, masyarakat umumnya.
Selain itu surat kabar, jurnal, bahkan dengan mengikuti seminar sebagai tambahan referensi. Selanjutnya adalah merangkum pengalaman tersebut dan poin dari diskusi bahwa “Belajar Daring Tidak Ideal”.