Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto melontarkan gagasan nyeleneh. Saat menghadiri acara pengajian bertajuk Ngaji Kebangsaan di Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Sokotunggal, asuhan KH Nuril Arifin, Hasto mengatakan akan segera membentuk pasukan merah untuk membersihkan masjid.
Sepintas tidak ada sesuatu yang istimewa dari gagasan Hasto. Apalagi Hasto mengaitkan pasukan tersebut pasukan orange, pasukan biru, pasukan ungu dan pasukan hijau bentukan Gubernur DKI Jakarta (non-aktif) Basuki Tjahaja Purnama.
"Hanya satu warna yang belum, yakni pasukan merah. Melihat Gus Nuril memakai baju merah, maka segera dibangun pasukan merah yang akan membangun masjid, membersihkan masjid untuk berwudhu dan beribadah," kata Hasto.
Gagasan Hasto sangat berbahaya jika benar-benar diwujudkan. Baik dimaknai secara harfiah (denotatif) maupun kiasan (konotatif), pasukan merah gagasan Hasto berpotensi menimbulkan ketegangan baru di tengah masyarakat.
JIka dimaknai sebatas apa yang terucap, pasukan merah versi Hasto adalah kelompok kerja yang memiliki tugas untuk membangun masjid, membersihkan tempat wudhu dan sembahyang. Karena disandingkan dengan pasukan kuning, hijau, ungu dan lain-lain, maka pasukan merah ala Hasto akan bekerja menyisir perkampungan untuk membangun dan membersihkan masjid.
Membangun masjid, kecuali Masjid Agung di setiap daerah, umumnya dilakukan secara swadaya oleh pemeluknya. Pemerintah biasanya hanya membantu sekedarnya manakala pembangunan masjid tersebut dinilai strategis. Dari fakta ini, gagasan Hasto jelas asal bunyi karena mustahil pemerintah daerah membentuk pasukan khusus untuk membangun masjid.
Jika yang dimaksud Hasto pasukan merah hanya akan diterjunkan untuk membantu pembangunan masjid yang sebelumnya sudah dirintis oleh masyarakat secara swadaya, berarti Hasto tidak memahami filosofi membangun tempat ibadah. Sebab membangun tempat ibadah (masjid) tidak sama dengan membangun gedung perkantoran atau pasar sebagaimana penjelasan Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam kitab At-Tafsir ai-Munier.
Bagaimana jika hanya bertugas membersihkan tempat untuk berwudhu dan bersembahyang? Setiap masjid memiliki marbot, sebagai bagian dari pengurus masjid yang bertanggungjawab mengurus keperluan masjid, (juga surau) terutama yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan tempat ibadah tersebut. Lingkungan masjid adalah lingkungan yang paling bersih, bahkan suci. Orang yang masuk masjid diwajibkan menanggalkan alas kaki, pakaian kotor dan lain-lain untuk menjaga kesuciannya. Anggapan masjid itu kotor sehingga butuh bantuan pihak lain untuk membersihkan, hanya mungkin dilontarkan oleh mereka yang tidak pernah ke masjid.
Hasto sangat paham akan hal itu. Hasto termasuk politisi cerdas, santun dan pelobi handal. Bicaranya tidak pernah meledak-ledak, apalagi merendahkan pihak lain. Tidak heran jika lawan-lawan politiknya menaruh hormat. Dengan demikian, gagasan Hasto terkait pasukan merah harus dilihat secara konotatif.
Berangkat dari pemahaman itu, pasukan merah yang dimaksud Hasto adalah kelompok ulama yang bertugas membersihkan masjid dari anasir-anasir radikal. Silahkan baca inti pidato Hasto pada link berita di atas. Hasto yang merasa prihatin karena Pilgub Jakarta, menilai ada upaya dari kelompok yang menegasikan kebhinekaan.
"Kita berkumpul di sini untuk mengingatkan kembali bahwa Republik Indonesia saat ini kembali menghadapi ancaman perpecahan dan perlawanan terhadap kebhinekaan,” kata Hasto.