Sikap “jumawa” PDI Perjuangan yang tidak memberikan kesempatan komunikasi kepada partai lain hingga hari kedua pendaftaran calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta, membuat peta politik bergerak liar. Jika sore ini PDIP benar-benar memutuskan mengusung pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Hidayat, pilkada DKI dipastikan hanya diikuti dua pasangan.
Keputusan PDIP sore ini menjadi antiklimaks riak-riak jelang gelaran pilkada DKI. Meski belum ada yang bisa memastikan, sinyal PDIP bakal mengusung pasangan petahana semakin menguat. Pernyataan provokatif Ahok yang katanya diminta Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kritiyanto melalui Djarot, agar sore ini mengosongkan jadwal kegiatan, membuat gaduh Lenteng Agung- markas PDIP. Sebab jika Hasto benar-benar meminta Ahok mengosongkan jadwal kegiatan sebagai antisipasi jika ada undangan ke Lenteng Agung, dapat dipastikan keputusan PDIP sudah diketuk sebelum rapat dimulai. Rapat sore ini hanya formalitas pengesahan terhadap calon yang akan diusung, bukan lagi membahas kekuatan dan kelemahan masing-masing calon yang sebelumnya masuk radar PDIP baik yang muncul melalui proses penjaringan maupun jalur lain.
Padahal saat ini Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang banyak disebut-sebut sebagai calon alternatif PDIP, juga sudah berada di Jakarta. Apakah Risma sengaja dipasang sebagai jebakan opini agar perhatian publik tidak melulu tertuju pada Ahok? Ataukah PDIP akan mempertemukan Ahok dengan Risma yang sempat “berseteru” di media, sebagai jawaban terhadap sekelompok orang yang telah mendeklarasikan dukungan kepada Risma?
Menarik untuk ditunggu akhir drama yang “disutradarai” Megawati Soekarnoputri ini.
Kemungkinan PDIP mengusung pasangan petahana- bersama Golkar, Nasdem dan Hanura, langsung direspon partai-partai lain. Empat partai yakni Demokrat, PAN, PKB dan PPP sudah merapatkan barisan. Koalisi ini kemungkinan akan bertambah dengan masuknya Gerindra dan PKS. Sebab jika PDIP mengusung petahana, nyaris tidak ada lawan yang bisa menandingi alias pilkada sudah selesai sebelum pelaksanaan. Satu-satunya cara untuk menumbangkan Ahok adalah dengan memunculkan satu pasangan calon sehingga pilkada hanya akan diikuti dua pasangan calon.
Beberapa nama mungkin bisa dijadikan alternatif kubu lawan petahana. Ada Yusril Ihza Mahendra, Rizal Ramli, Sandiaga Uno dan Anies Baswedan. Namun jika Koalisi Kekeluargaan minus PDIP, mengusung Rizal Ramli dengan didampingi siapa pun, pilkada juga sudah selesai sebelum pencoblosan. “Koalisi Kepret” ini tidak akan mampu memoles Rizal Ramli meski seluruh mesin partai digerakkan secara maksimal. Jangankan mengimbangi elektabilitas Ahok-Djarot, sekedar untuk “bertahan hidup” saja pasti ngos-ngosan karena akan terjadi friksi luar biasa di antara kader-kader partai pendukung.
Pilihan paling logis adalah menduetkan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Di samping netral, Anies cenderung dapat diterima semua faksi yang tergabung dalam koalisi. Satu-satunya menjadi ganjalan adalah fakta Anies merupakan juru bicara Joko Widodo - Jusuf Kalla dalam pilpres kemarin. Tentu masih ada sisa-sisa “dendam” di tubuh Koalisi Merah Putih yang mengusung Prabowo Subianto - Hatta Rajasa.
Alternatif menduetkan Anies dengan Yoyok Riyo Sudibyo sangat sulit untuk diterima Gerindra maupun PKS. Jika kelompok Demokrat, PKB, PAN dan PPP memilih pasangan ini, Gerindra dan PKS akan kembali memainkan skenario lama menduetkan Sandiaga Uno – Mardani Ali Sera. Satu kemungkinan lagi adalah memunculkan Yusril - Anies Baswedan. Meski sangat kecil, namun hal itu bisa saja terjadi manakala terjadi kebuntuan komunikasi di antara partai-partai tersebut.
Apapun akhirnya, sikap PDIP telah berhasil memaksa lawan-lawan politiknya jungkir-balik. Dengan hanya tersisa sehari sebelum penutupan pendaftaran pasangan calon peserta pilkada DKI, waktu yang tersedia bagi partai-partai lain untuk melakukan manuver sangat mepet.
Kita berharap, jika PDIP benar-benar mengusung pasangan petahana, Demokrat, Gerindra, PKS, PAN, PPP dan PKB tidak melakukan harakiri dengan tidak mengajukan pasangan calon sehingga pilkada DKI diundur.
Salam @yb