Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Teman Ahok Mengancam Ahok

11 Juni 2016   22:34 Diperbarui: 12 Juni 2016   08:19 2515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernyataan mengejutkan dilontarkan salah satu aktivis Teman Ahok Gusti Putu Artha. Menurut mantan Komisioner KPU tersebut, saat ini sudah muncul "ancaman" di grup WhatsApp, mereka akan membuang KTP dan pernyataan dukungan yang sudah dikumpulkan jika sampai Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) maju Pilkada DKI 2017 melalui jalur partai politik. Jika sudah seperti ini, apa bedanya Teman Ahok dengan partai politik?

Putu meminta Ahok untuk memikirkan untung ruginya jika maju melalui jalur parpol maupun jalur independen. Tidak ketinggalan, dalam diskusi di Cikini Jakarta Pusat itu, Putu menyarankan Ahok tetap maju lewat jalur independen. Sebab meski maju lewat jalur independen, Ahok tetap didukung oleh dua parpol yaitu Partai Hanura dan Partai NasDem. Selengkapnya di sini di sini

Putu yang baru masuk ke komunitas Teman Ahok, mungkin lupa bukan baru sekali ini saja Ahok “ragu-ragu” untuk memilih apakah akan menggunakan jalur independen ataukah jalur partai politik. Bahkan Teman Ahok pernah “marah” karena Ahok belum juga membuat keputusan untuk maju melalui jalur independen padahal saat itu Teman Ahok sudah berhasil mengumpulkan KTP dukungan melebihi syarat minimal. Setelah Teman Ahok mengolok-olok PDI Perjuangan sebagai banteng gaib yang tengah berusaha menarik Ahok sehingga membuat marah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan kader-kadernya, barulah Ahok mengambil keputusan memilih jalur independen.

Ahok bukan politisi kemarin sore yang mau menyerah begitu saja pada tekanan politik. Ahok sudah matang sejak meninggalkan kursi bupati Belitung Timur untuk bertarung memperebutkan jabatan yang lebih tinggi: gubernur Bangka Belitung. Ahok sudah memperhitungkan konsekuensinya sebelumnya mengambil keputusan. Namun Ahok pun sadar sepenuhnya, politik bukan hitung-hitungan matematis di mana 2+2 = 4. Politik bukan hanya mengandalkan semangat juang, namun juga kecermatan membaca langkah lawan politik.   

Ahok tentu memiliki kekuatiran, verifikasi faktual menggunakan metode sensus akan sangat berat. Sangat beresiko jika hanya mengandalkan satu “perahu” tanpa reserve. Pada posisi sulit seperti itu, Ahok harus pandai-pandai membagi perhatian kepada relawannya, dan juga menjaga momentum dukungan partai politik. Jangan sampai mencampakkan relawan di saat jalur  partai pun belum aman.

Sementara Teman Ahok dan Sunny Tanuwidjaja masih sebatas mengandalkan semangat juang. Masih menganggap perjuangan politik sebagai tugas suci. Masih meyakini perbuatan baik akan mendapat balasan yang baik pula. Teman Ahok harus belajar kembali falsafah politik.  

Kini ancaman dari Teman Ahok sudah terlanjur terurar. Akankah Ahok yang berani melawan siapa saja, menyerah pada tekanan Teman Ahok? Akankah Ahok hanya akan menjadi “boneka” Teman Ahok- eksperimen politik Sunny Tanuwidjaja seperti yang pernah diucapkan Ahok beberapa waktu lalu?

Sangat menarik untuk ditunggu.

Salam @yb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun