Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahmad Dhani: Antara Badut dan Ketidakniscayaan Politik

26 Maret 2016   05:42 Diperbarui: 26 Maret 2016   12:14 3261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukan hal baru jika seniman, musisi dan artis banting setir menjadi  politisi. Tidak sedikit pula di antara mereka yang sukses. Di luar negeri kita bisa mengambil contoh Arnold Alois Schwarzenegger. Bintang film Terminator itu sukses menjadi Gubernur California. Di dalam negeri, ada nama  Deddy Mizwar- Wakil Gubernur Jawa Barat, dan Zumi Zola yang kini memangku jabatan mentereng yakni Gubernur Jambi. Ada juga Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu yang menjadi wakil Wali Kota Palu, Sulawesi Tengah. Tidak terhitung lagi sederet artis yang kini ngantor di DPR/DPRD. Mereka sukses melakukan transformasi diri dari seorang selebriti menjadi abdi masyarakat.

Berkaca dari hal itu, bukan hal yang aneh jika musisi sukses Ahmad Dhani  mencoba peruntungan di dunia politik. Dibanding lainnya, Ahmad Dhani justru sudah terlebih dulu terjun ke panggung politik. Bahkan sebelum ramai-ramai artis nyaleg, Ahmad Dhani sudah menjadi calon anggota legislatif (caleg) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Bali pada Pemilu 1999 lalu. Sayang dia gagal merebut simpati masyarakat sehingga gagal menjadi legislator.

Nama Ahmad Dhani mulai mencuat di panggung politik pada Pilpres 2014 lalu. Memantapkan dukungan kepada Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa, pemilik nama  Dhani Ahmad Prasetyo itu banyak membuat statemen yang membuat pendukung Joko Widodo – Jusuf Kalla, meradang. Salah satu kicauan Ahmad Dhani yang diunggah melalui akun twitter-nya dan paling diingat publik adalah “Saya akan potong kemaluan saya kalau Jokowi bisa menang dari prabowo Subianto!! Itu sumpah saya!!"

Meski belakangan Ahmad Dhani membantah nazar tersebut dan menuduh pihak lain telah mengedit twet-nya, namun publik terlanjur marah dengan ulah Ahmad Dhani. Pria kelahiran Surabaya,  26 Mei 1972 itu menjelma menjadi public enemy. Tentu ada faktor lain yang menambah ‘kebencian’ masyarakat terhadap sosok Ahmad Dhani termasuk urusan rumah tangga dan kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anaknya yang saat itu masih di bawah umur. Namun tulisan ini tidak akan masuk ke ranah itu.

Nama Ahmad Dhani kembali menjadi pemberitaan di tengah konstelasi politik menuju Jakarta 1. Bos Republik Cinta Management itu menyatakan diri siap maju dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang akan digelar 2017 mendatang, Dengan penuh percaya diri Ahmad Dhani mengaku akan diusung oleh PKB. Beberapa pentolan PKB sepertinya mengamini klaim Ahmad Dhani. Dari situ Ahmad Dhani mulai melancarkan psy war kepada calon petahana Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Bukan hanya kritik terhadap kebijakan Ahok selama menjadi Gubernur DKI Jakarta, secara frontal Ahmad Dhani juga menyerang latar belakang Ahok. Terakhir Ahmad Dhani mengatakan Ahok dibeking empat konglomerat.

Dalam konteks politik kekinian, boleh jadi Ahmad Dhani hanyalah badut politik yang memanfaatkan gencarnya pemberitaan media massa terkait pilgub DKI Jakarta untuk menaikkan rating dirinya. Artinya, Ahmad Dhani sudah tahu sejak awal, dirinya tidak memiliki sesuatu yang layak jual untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Ahmad Dhani pun tahu, PKB hanya memanfaatkan dirinya sebagai bintang iklan. Sementara PKB sejak awal juga sudah memiliki pilihan sendiri di luar Ahmad Dhani. PKB perlu Ahmad Dhani hanya untuk menaikkan posisi tawar (bargaining position) terhadap calon sesungguhnya. Di sinilah titik temu PKB dan Ahmad Dhani: saling memanfaatkan dengan tujuan berbeda.

Namun boleh jadi Ahmad Dhani adalah ketidakniscayaan dalam dunia politik. Tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia politik. Lawan menjadi kawan, kawan menjadi seteru, bukan sesuatu yang luar biasa. Bukankah hanya kepentingan yang menyatukan para politisi?

Semua hal bisa terjadi sehingga bukan hal yang tidak mungkin jika kelak Ahmad Dhani menjadi pemenang pilgub DKI Jakarta. Bukankah Anda tidak berani bertaruh potong kemaluan jika Ahmad Dhani terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta? Ketidakniscayaan itu yang kini tengah dikejar Ahmad Dhani.

Jangan lupa, Ahmad Dhani memiliki beberapa syarat untuk terpilih menjadi gubernur.  Pertama, popularitas. Untuk saat ini, popularitas Ahmad Dhani tidak kalah dengan Ahok. Bagi warga Jakarta, silahkan lakukan survei kecil-kecilan di lingkungan Anda. Dari 10 orang, 7-9 di antaranya pasti kenal Ahmad Dhani dan juga kenal Ahok. Bahwa saat ini elektabilitas Ahmad Dhani masih sangat rendah dibanding Ahok, itu hanya soal polesan. Jika ditangani lembaga kredibel seperti Cyrus Network, bukan hal yang aneh bila kemudian sosok Ahmad Dhani memiliki nilai jual tinggi.

Kedua, basis massa. Dibanding Sandiaga Uno dan Abraham Lunggana (Haji Lulung), jumlah fans Ahmad Dhani jelas lebih banyak. Anak-anak muda yang a-politik, mungkin akan memberikan suara untuk Ahmad Dhani karena senang dengan lagu-lagunya. Aku termasuk yang suka mendengarkan lagu Madu Tiga yang dulu dipopulerkan P. Ramlee dan sekarang dinyanyikan ulang oleh Ahmad Dhani.

Ketiga, sarana kampanye. Ahmad Dhani memiliki sarana kampanye yang efektif yakni grup band dan tempat karaoke. Ahmad Dhani bisa menyelipkan kampanyenya di sela-sela lagu yang tengah diputar di Masterpiece Karaoke- usaha waralaba miliknya. Belum lagi jika Ahmad Dhani menggelar konser gratis dengan dibantu ketiga anak laki-lakinya yang membuat histeris banyak cewek abege itu. Dipastikan ribuan anak muda akan hadir sehingga Ahmad Dhani tidak perlu membiayai kedatangan mereka (bayar alat transportasi dan uang saku) seperti umumnya kampanye yang dilakukan oleh calon lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun