ZANNUBA Ariffah Chafsoh atau yang akrab disapa Yenny Wahid adalah sosok yang memiliki daya tarik setiap menjelang kontestasi elektoral, terutama pemilihan presiden. Yenny dianggap mewakili suara keluarga besar KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Namun, sejatinya seberapa besar pengaruh Yenny Wahid dalam peta politik Tanah Air?
Sebelum membahasnya, mari kita lihat sikap Yenny Wahid pascadeklarasi Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) yang berpasangan dengan bakal calon presiden (capres) Anies Rasyid Baswedan, 2 September 2023 lalu di Surabaya.
Saat itu Yenny Wahid tampak sangat emosional. Mantan Komisaris Independen PT Garuda Indonesia, Tbk itu menyebut Cak Imin mengkhianati dan mengudeta Gus Dur dari PKB sehingga pihaknya menutup pintu terhadap pasangan Anies-Cak Imin. Ketika Cak Imin membantah tudingan itu dalam acara yang dipandu Najwa Shihab, Yenny pun meradang.
"Muktamar Ancol kurang apa terang-benderangnya? Di situ Gus Dur diganti, di situ Gus Dur dikudeta. Jelas sekali, dari awal menjadi problem besar bagi kami karena Gus Dur dilengserkan dari Ketua Dewan Syuro," kata Yenny Wahid.
Untuk menyegarkan ingatan, ada baiknya kita melihat kembali akar perseteruan Yenny Wahid dengan Cak Imin sehingga dapat menilai siapa yang sebenarnya melakukan kudeta di tubuh PKB.
Baca juga: Percepatan Pendaftaran Capres di KPU Tidak Perlu Dibuat Drama
Awalnya Gus Dur sebagai Ketua Dewan Syuro memecat Ketua Umum PKB Alwi Shihab karena menerima jabatan sebagai Menko Kesejahteraan Rakyat era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Setelah itu, digelar Muktamar PKB 2005 di Semarang dan terpilih pengurus baru di mana Gus Dur tetap menjadi Ketua Umum Dewan Syuro, sementara Ketua Umum Dewan Tanfidz dipercayakan kepada Muhaimin Iskandar.
Untuk diketahui Dewan Syuro pada saat itu merupakan posisi tertinggi di PKB, hampir seperti Majelis Tinggi di Partai Demokrat saat ini, atau Dewan Pembina Partai Golkar di era Orde Baru. Sementara itu, Dewan Tanfidz adalah pengurus harian termasuk ketua umum partai, sekretaris jenderal, dan bendahara umum.
Menjelang Pemilu 2009, internal PKB menghangat. Berbagai isu berseliweran, termasuk isu Cak Imin hendak melengserkan Gus Dur. Isu ini muncul antara lain sebagai reaksi atas kedekatan Cak Imin dengan Presiden SBY dan pengangkatan Sekjen PKB Lukman Edy sebagai menteri pembangunan daerah tertinggal menggantikan Saifullah Yusuf, 9 Mei 2007.