Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Safari Politik Puan Gagal, Ganjar Mulai Masuk Radar

10 Oktober 2022   07:23 Diperbarui: 10 Oktober 2022   10:58 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketua DPP PDIP Puan Maharani telah melakukan pertemuan dengan 4 ketua umum partai dalam safari politiknya sepanjang bulan September dan Oktober. Namun Ketua DPR itu diduga gagal mengemban misi partai sehingga ibunya, ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri turun gunung.

Seperti diketahui Puan telah menemui Ketua Umum Partai Nasdem Surya Ploh, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan terakhir Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Ada 3 indikasi yang kegagalan safari politik Puan.

Pertama, tidak ada pernyataan politik yang signifikan terkait konfigurasi kerjasama antara PDIP dengan keempat partai menuju Pemilihan Presiden 2024. Pernyataan yang disampaikan kepada media sangat normatif dan tidak ada sinyal mengarah pada koalisi.

Tentu kita memahami, tidak semua hal diumbar melalui media. Ada bahasan-bahasan yang bersifat rahasia dan hanya untuk konsumsi internal partai masing-masing.

Namun demikian, jika memang sudah ada peta konkrit menuju kerjasama, biasanya muncul gestur atau kode tertentu yang keluar "secara tidak sengaja". Jika pun tidak disampaikan oleh top pengurus partai, biasanya dilempar oleh kader di bawahnya.

Kedua, alotnya pertemuan dengan Airlangga. Rencana pertemuan pertama tanggal 3  September 2022, namun batal. Penjadwalan pertemuan berikutnya pun terkatung-katung seolah tidak ada komunikasi di antara kedua partai.

Dari sini muncul hembusan Airlangga menghindar dari Puan karena terikat dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk bersama PAN dan PPP. Sinyalemen KIB akan dijadikan sekoci bagi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo jika tidak diusung PDIP, seakan menemukan kebenarannya.

Pertemuan dengan Airlangga akhirnya memang terlaksana. Namun dilakukan di "tempat terbuka" yakni di pelataran Monas di sela-sela acara jalan sehat. Waktu dan tempatnya jelas tidak tepat untuk membahas hal-hal serius, semisal penjajakan koalisi atau menyodorkan roadmap menuju Pilpres 2024 yang dapat dilalui bersama.

Pernyataan yang disampaikan kepada wartawan akhirnya sangat standar di mana keduanya sepakat agar pemimpin mendatang dapat melanjutkan pembangunan yang telah dilakukan Presiden Joko Widodo.

Satu-satunya pernyataan Puan yang menarik adalah kesiapan PDIP jika harus berkontestasi dengan Golkar di pilpres mendatang. Sesuatu yang tidak mungkin dicetuskan jika pembicaraan dengan Airlangga yang "terburu-buru" menghasilkan kesepahaman awal.

Ketiga, pertemuan Batutulis antara Megawati dengan Presiden Jokowi di istana Batutulis, Bogor. Sangat mungkin pertemuan itu atas inisiatif Megawati yang bertindak sebagai tuan rumah.

Seriusnya pertemuan Megawati dengan Jokowi dapat dimaknai dari ungkapan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Setelah basa-basi menjelaskan menu makan kerakyatan, Hasto  mengatakan pertemuan selama 2 jam itu tersebut membahas agenda Pilpres 2024

"Yang juga tidak luput dari pembahasan adalah agar Pemilu 2024 benar-benar menjadi momentum kebangkitan Indonesia Raya dan sekaligus ada kesinambungan kepemimpinan sejak Bung Karno, Bu Mega, Pak Jokowi hingga kepemimpinan nasional ke depan," kata Hasto.

Padahal sebelumnya Megawati seperti sudah menyerahkan keputusan tentang pilpres kepada Puan. Dengan turun gunungnya Megawati, berarti situasi yang terjadi tidak atau belum sesuai keinginannya.

Kegusaran Megawati juga dapat dilihat dari pernyataan Hasto. Secara frontal Hasto menyerang Partai Nasdem melalui simbolisasi perobekan kain biru dari bendera Belanda. Pernyataan itu menyiratkan Nasdem akan "dibuang" dari Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin.

Pernyataan Hasto sangat mungkin didasarkan pada hasil pertemuan Batutulis terlepas apakah wacana dikeluarkannya Nasdem merupakan sikap Jokowi atau baru sebatas desakan Megawarti.

Sikap Hasto sekaligus mengkonfirmasi tentang kegagalan safari politik Puan. Sebab dengan telah dideklarasikannya capres oleh Nasdem, maka skenario 2 capres yang mempertemukan Puan dengan Prabowo gagal total. Kini sedikitnya akan ada 3 pasangan calon presiden dan calon wakil presiden di Pilpres 2024.

Turun gunungnya Megawati merupakan bagian dari perubahan skenario PDIP menghadapi Pilpres 2024 setelah kegagalan safari politik Puan.  

Namun belum ada sinyal terkait bentuk skenario kedua yang akan dimainkan PDIP. Sangat mungkin Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masuk dalam Plan B seperti keinginan Hasto selama ini. 

Dalam permainan tik-tok antar elit PDIP, Hasto berposisi sebagai pembela Ganjar, sedang Puan dan Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang 'Pacul' Wuryanto bertugas sebagai penyerang.  

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun