Keberadaan wakil seringkali hanya dianggap sebagai ban serep yang hanya dipakai kala darurat. Asumsi ini diperkuat dengan pemahaman bahwa hanya ada satu nahkoda di atas perahu. Tidak boleh ada matahari kembar dalam organisasi (politik) karena berpotensi menimbulkan friksi hingga ketidakpatuhan dan polarisasi anggota.
Namun dalam kontestasi elektoral, keberadaan wakil seringkali berperan penting dalam menentukan hasil akhir. Sulit untuk menafikan kontribusi suara Jusuf Kalla pada kemenangan Presiden Joko Widodo di Pilpres 2014. Demikian juga keberadaan KH Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.
Dari pamahaman ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang telah dideklarasikan sebagai calon presiden (capres) oleh Partai Nasdem, harus jeli memilih calon wakil presiden (cawapres). Terlebih Nasdem memberikan kebebasan.
Anies harus memilih cawapres yang mampu menghadirkan dukungan dari kelompok masyarakat yang tidak terjangkau, kalis atau bahkan mungkin resisten dengan dirinya. Â
Di tengah masyarakat yang sangat majemuk, nyaris mustahil ada figur yang bisa diterima oleh semua kelompok. Sehebat apa pun dia, tetap memiliki sisi yang bisa menjadi alasan untuk tidak diterima oleh satu atau dua kelompok.
Alasannya bermacam-macam seperti perbedaan preferensi politiknya, tidak sependapat dengan program yang ditawarkan, sampai pernak-pernik atas dasar penilaian subjektif. Sah-sah saja sepanjang tidak dilakukan dengan cara-cara yang mencederai demokrasi itu sendiri.
Sebab di situlah letak keindahan demokrasi. Tidak ada pihak yang dapat memonopoli minat dan selera masyarakat, termasuk dalam hal memilih calon pemimpinnya. Gelaran elektoral menempatkan semua orang setara tanpa tersekat oleh pendidikan, status sosial, ekonomi, suku dan agama.
Dalam demokrasi elektoral suara pemuka agama dinilai sama dengan suara pelaku kriminal karena berlaku one man one vote.
Lalu siapakah sosok yang paling tepat untuk mendampingi Anies. Ada tiga nama yang layak diunggulkan yakni Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Mari kita lihat kelebihan dan kekurang ketiganya jika ditandemkan dengan Anies. Namun harus diingat, bahwa prediksi ini tidak didasarkan pada hasil survei mana pun. Sebab seperti disampaikan dalam tulisan-tulisan sebelumnya, fakta membuktikan hasil survei sering kali tidak linier dengan real count.