Jika sebelumnya ramai dibahas para kompasianer yang telah mendapat gelar tahunan pergi (baca: tidak lagi berkarya di Kompasiana), kini aku harus pamit (dulu) karena malu. Tentu tulisan ini adalah bentuk kecengengan, manja, tidak dewasa dan seabreg istilah lainnya yang sejenis. Tetapi aku merasa perlu menuliskan dengan beberapa alasan.
Pertama, tentu karena aku tidak ingin berada dalam barisan kompasinaer yang pergi setelah mendapat penghargaan. Sebagai pemegang penghargaan penulis opini terbaik 2017, aku merasa memiliki ikatan yang kuat untuk terus berkarya di Kompasiana.
Kedua, aku hanya bisa menulis bidang politik (dan kategori ikutannya). Tentu lucu ketika aku harus menulis tentang manga atau game online yang sedang menjadi favorit Kompasiana.
Ketiga, dan ini yang utama, aku merasa memang "diminta" untuk berhenti menulis politik di Kompasiana, atau setidaknya tulisan politik memang sudah tidak dikehendaki di Kompasiana. Ini bukan hanya soal pemberian label Artikel Utama atau Tren Pekan Ini.
Kesimpulan itu muncul karena hanya tulisan politik yang harus melewati meja admin untuk dilakukan moderasi, dibedah, dinilai sebelum ditayangkan. Dengan durasi embargo hingga 2 jam, tentu menjadi persoalan terkait banyak hal.
Terlebih dengan dikuranginya model tampilan utama (home) di mana sebelumnya 30 tulisan kini hanya tinggal 10 sebelum load more, maka durasi tampilan tulisan di home terkadang hanya 5 menit.Â
Jadi, aku pamit dulu, tentu aku juga paham, lah wong datang ngga diundang kok perginya pamit, apalagi sudah diusir halus hehe ....
Ini hanya pemberitahuan biar ngga ada yang nulis peraih penghargaam pada kabur. Sebagai ucapan terima kasih kepada teman-teman yang telah begitu setia melongok tulisanku, terlepas setuju, ndongkol, marah dan lain sebagainya.Â
Sebab bagiku yang memuji dan menghujat tulisanku sama baiknya. Aku membalas pujian sebatas ia memberi. Pun pada hujatan, aku membalas sekedar yang dilontarkan. Tidak lebih, tidak juga kurang.
Kelak aku akan kembali jika musim semi telah tiba.