Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko meminta semua pihak bekerjasama, bahu membahu di tengah krisis saat ini. Mantan Panglima TNI itu mengingatkan semua pihak agar jangan menjadi lalat-lalat politik.
Dalam tayangan video yang diunggah di channel Youtube KSP, Moeldoko  menyebut lalat-lalat politik mengganggu konsentrasi tenaga kesehatan hingga ASN yang sedang bekerja keras agar kita keluar dari krisis.
Moeldoko meminta semua pihak melepaskan perbedaan, dan memberi kritik membangun agar bisa berkontribusi kepada kemajuan bangsa ini. Moeldoko menegaskan pemerintah tidak anti-kritik, namun harus disertai dengan solusi.
Sebelumnya Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin menyebut para pihak yang meminta Presiden Joko Widodo mundur sebagai sampah demokrasi. Melalui cuitan di Twitter, Ngabalin menuding mereka barisan sakit hati yang belum iklas dengan kemenangan Jokowi dalam kontestasi pilpres 2019.
Jika dikaitkan dengan pernyataan Ngabalin, yang notabene anak buahnya di KSP, apakah lalat-lalat politik yang dimaksud Moeldoko juga sosok yang sama?
Ada dua kemungkinannya. Pertama, pernyataan Moeldoko ditujukan kepada Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Edhie Baskoro Yudhoyono yang mengingatkan pemerintah agar jangan sampai menjadi failed nation atau negara gagal karena tidak mampu menyelamatkan rakyatnya.
Pernyataan Ibas untuk menyoroti kasus penularan Covid-19 yang terus meningkat. Seperti biasanya, Ibas mendapat serangan balik dari berbagai pihak, termasuk akun-akun anonim di media sosial.
Permintaan Moeldoko  agar semua pihak optimis karena pesmis, "membuat otak kreatif buntu" sangat mungkin berkaitan dengan pernyataan Ibas yang dapat ditafsir sebagai cerminan sikap pesimis.
Terlebih sebelumnya Moeldoko berusaha mengambilalih Partai Demokrat melalui kongres luar biasa (KLB) namun tidak disahkan Menkum HAM. Saat ini Moledoko tengah menggugat keputusan Menkum HAM ke pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta.
Kemungkinan kedua, pernyataan Moeldoko ditujukan kepada semua pihak, termasuk para mahasiswa yang memberi berbagai macam gelar kepada Presiden Jokowi seperti The King of Lip Service yang disematkan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI). Bahkan BEM Universitas Gajah Mada (UGM) menyebut Jokowi juara umum  Ketidaksesuai Omongan dengan Kenyataan.
Jagat Twitter juga sempat diramaikan #BapakPresidenMenyerahlah yang oleh pakar Hukum Tata Negara Refli Harun dianggap wajar karena Jokowi telah gagal menjalankan amanat konstitusi yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indoensia. Menurut Refly, kegagalan pemerintah terlihat dari kondisi masyarakat yang saat ini tak terlindungi akibat pola penanganan Covid-19 yang  mengecewakan.