Menyebut pihak lain kafir hanya karena tidak mau mengikuti  aspirasi politiknya, adalah kesalahan fatal GNPF karena tidak menghargai aspirasi warga bangsa lainnya. Terlebih jika disertai dengan ancaman-ancaman yang berpotensi merusak kebangsaan dan keberagaman.
Tetapi menggunakan ulah GNPF sebagai landasan untuk menyebut agama sebagai musuh Pancasila, bukan saja terlalu jauh, namun juga emosional. Padahal di sisi lain, Yudian mengakui Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sebagai contoh organisasi keagamaan yang pancasilais alias tidak menjadi musuh Pancasila. Â Â
Lahirnya Pancasila, jika melihat perjalanannya, juga tidak terlepas dari agama. Bahkan Pancasila mengakomodir nilai-nilai agama. Sila Pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" adalah ejawantah dan bukti nyata jika Pancasila tidak antiagama, apalagi menempatkan sebagai musuh.
Jika agama adalah musuh Pancasila, berarti keduanya saling berhadapan dan, dalam perspektif musuh, bersaing untuk saling mengalahkan. Â Pemahaman ini tentu sangat berbahaya.
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sudah final. Pancasila mengakui dan menjunjung tinggi agama karena Indonesia bukan negara komunis, bukan juga sekuler. Indonesia mengakui eksistensi agama dan melindungi pemeluknya.
Jika ingin melawan kelompok antikebhinekaan, tidak dengan cara membenturkan agama dan Pancasila. Cukup dengan memerangi siapa pun, kelompok mana pun, yang tidal mau mengakui Pancasila, yang ingin memaksakan kehendak dan aspirasi politiknya denganb jubah agama, kesukuan, golongan dan lainnya.
salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H