Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian melempar kritik tajam kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan mengatakan Jakarta terlihat kayak kampung dibandingkan dengan Shanghai. Â Namun ada pesan tersembunyi di balik pernyataan itu.
Kritik Mendagri Tito disampaikan ketika memberi sambutan dalam Kongres Asosiasi Pemerintah Provinsi (APPSI) ke VI di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat yang dihadiri gubernur se- Indonesia termasuk Anies Baswedan.
Tito menceritakan pengalamannya ketika melakukan studi banding ke Shanghai tahun 1998, kondisinya sangat kumuh seperti kampung. Namun ketika kembali berkunjung tahun 2018, Shanghai sudah mirip New York, Amerika Serikat.
Salah satu perubahan yang mencolok, menurut Tito adalah perubahan air sungai yang dulunya hitam pekat menjadi bersih dan banyak orang berenang.
Anies pun mengapresiasi kritik Mendagri dengan menyebut sebagai pesan tentang transformasi sebuah negara yang berlangsung secara kontinyu dan lama, berdekade. Â
Memang harus dipahami Tito tengah membahas tentang lompatan 20 tahun, bukan 2 tahun. Secara utuh, Tito menyebut, pada kunjungan ke Shanghai tahun 2000, atau dua tahun sesudah kunjungan pertama, kondisinya baru mulai berubah yang ditandai dengan banyaknya sepeda motor di jalan raya.
Tahun 2004, menurut Tito, mobil sudah ada tetapi belum bagus. Beberapa tahun kemudian, infrastruktur  dan transportasi berkembang dan mobil mewah banyak ditemui. Hingga akhirnya Shanghai berubah menjadi megapolitan seperti dilihat Tito tahun 2018.
Jika kemudian Jakarta, seperti disebut Tito, justru stagnan karena kondisinya masih sama dengan 1998, maka kritik itu sebenarnya tidak hanya ditujukan kepada gubernur sekarang. Dari pernyataan Tito, kita ikut mempertanyakan apa yang telah dilakukan para gubernur sebelumnya sehingga Jakarta tetap kayak kampung, tidak seperti Shanghai?
Mana prestasi-prestasi para gubernur sebelumnya yang sering disebut-sebut oleh sekelompok orang? Nyatanya, Jakarta, seperti dikatakan Tito, masih kayak Kampung karena nyaris tidak ada perubahan berarti sejak 1998.
Dari kritik Mendagri, Â kita bisa memahami bahwa pembangunan suatu negara, juga daerah, berlangsung secara berkesinambungan. Capaian hari ini tidak terlepas dari kinerja pemimpin sebelumnya. Â Demikian juga kelemahan-kelemahannya karena mungkin terbelenggu oleh sistem yang masih sama. Contohnya dalam hal penyusunan RAPBD.