Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Surat Tantangan untuk Kompasianer

25 November 2019   14:39 Diperbarui: 25 November 2019   19:13 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Baduy. Dokpri

Menulis adalah jalan hidupku. Meski sejak tahun 80-an sudah mulai mengirimkan karya tulis ke media cetak, tapi baru sejak tahun 1996 aku benar-benar totalitas di dunia kepenulisan. Selain sebagai wartawan tetap, aku juga menulis sastra budaya dan opini politik. Dan sejak itu aku tidak pernah bekerja di bidang lain- hingga hari ini.

Karena sudah menjadi profesi, maka hanya dua hal yang aku cari dari kegiatan tulis-menulis.

Pertama kebahagiaan diri. Untuk itu aku menulis sesuai apa yang menurutku benar, bukan menurut pandangan umum.  Oleh karenanya aku tidak merasa terbebani ketika mengkritik atau menyanjung siapa pun karena aku manusia merdeka yang tidak (akan) menggadaikan hidupku, pikiranku, hanya untuk memuja atau pun membenci seseorang.

Kedua,  sebagai ayah dari dua anak sekaligus duda terbaik, aku memiliki kewajiban untuk memastikan anak-anakku mendapat asupan yang bergizi- fisik maupun jiwanya. Oleh karenanya aku menulis juga untuk mendapatkan materi (uang). 

Karena alasan dua hal itu maka aku tidak akan berhenti menulis, termasuk ketika media cetak tempatku bekerja kolaps sejak 3 tahun lalu. Aku masih tetap menjadikan dunia tulis-menulis sebagai profesi dan puji syukur masih bisa mendapatkan dua hal di atas; kebahagian juga materi- meski setelah dipotong untuk memenuhi kebutuhan dasar sisanya cuma cukup untuk ke tempat karaoke, itu pun hanya seminggu sekali.

Jadi, aku tidak akan berhenti menulis hanya karena terbawa perasaan sentimentil apalagi sebatas award. Masa itu sudah terlewati.  Aku tidak perlu lagi membuktikan apa pun. Aku sudah menerbitkan puluhan buku, sudah menulis puluhan ribu opini. Bahkan aku ingin menantang siapa saja yang bisa bertahanan hidup layak (meski dalam standar minimal) hanya dengan satu profesi: menulis.

Bahwa sejak sebulan lalu aku memutuskan berhenti (dulu) menulis di Kompasiana, hal itu tidalk ada kaitannya dengan kegiatan tulis-menulisku. Aku masih tetap menulis, berkarya. Jika yang dimaksud Mas Hadi Santoso adalah konsistensi menulis di Kompasiana, aku akan kembalikan ke tujuan profesi yang sudah aku pilih.

Tidak mungkin aku mempostingnya di Kompasiana jika hal itu tidak (lagi) membuatku bahagia. Ada hal-hal lain yang menurutku bisa menghilangkan tujuanku jika tetap dipaksakan. Aku bukan orang yang suka mendapat prioritas, fasilitas berbeda atas nama : pertemanan, satu agama, satu kelompok.

Tidak! Aku justru sangat bahagia berada di rimba belantara yang medannya tidak aku kenal dan fight secara fair untuk mendapatkan satu tempat terhormat. Tersebab itu juga, aku tidak bahagia (sekedar tidak mengatakan marah) manakala hal-hal semacam itu terjadi  secara telanjang di depanku.

Sebelum menjadi gosip yang tidak benar, baiklah aku jelaskan penyebab mengapa aku berhenti memposting tulisan di Kompasiana.

Bermula ketika COO Kompasiana Nurulloh menulis tentang capaian dan rencana ke depan Kompasiana. Aku sangat mengapresiasi semangat yang hendak dijadikan kebijakan ke depan disertai harapan tidak akan ada lagi tulisan (menurut standarku) "kaleng-kaleng" yang dijadikan headline.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun