Mari kita jujur, program apakah yang akan dilakukan Jokowi jika kelak merengkuh periode kedua? Apakah melanjutkan program pembangunan seperti yang sudah dilakukan selama ini? Apakah masih akan menjadikan utang sebagai pondasi APBN dalam rangka percepatan pembangunan?
Jika jawabannya iya, maka tidak salah dengan kondisi saat ini. Stagnannya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dikarenakan sikap pesimis kelompok milenial dan swing voters yang alergi dengan utang luar negeri. Mereka bukan anti-utang untuk pembangunan, namun phobia dengan beberapa hal buruk terkait utang negara, dari mulai krisis ekonomi akibat gagal bayar, bangkrut hingga pengambil-alihan kendali infrastruktur oleh negara pemberi utang.
Mengapa anggota-anggota TKN selalu mengikuti irama, nyinyir, dengan kubu sebelah? Tidak sadarkah bahwa hal itu sangat mungkin disengaja lawan agar perdebatan di ruang publik tidak terkait keberhasilan pembangunan pemerintah selama 4 tahun terakhir?Â
Selama 4 bulan masa kampanye ini, kapan terakhir publik disuguhi perdebatan terkait capaian pembangunan Jokowi? Apakah TKN sudah merilis berapa panjang jalan tol dan berapa pertambahan aset negara lalu dibandingkan dengan pertumbuhan utang selama pemerintahan Jokowi-JK?
Meminta agar kubu lawan menggunakan data ketika menyampaikan kritik tapi diri sendiri tidak pernah membeber data, sungguh ironi. Kelompok swing voters didominasi pemilih kritis dan rasional, yang tidak mudah larut dalam perdebatan permukaan.Â
Mereka mungkin greget dengan pernyataan Indonesia bubar, Indonesia punah yang disuarakan Prabowo. Mereka mungkin bete melihat gaya kampanye Sandiaga yang berambut petai.
Tetapi mereka juga muak dengan tangkisan yang disampaikan anggota-anggota TKN karena justru memviralkan pernyataan Prabowo dan tingkah Sandiaga!
Kedua, jika "kelemahan" Jokowi-Ma'ruf di kalangan Islam modernis, mengapa yang "disalahkan" Kyai Ma'ruf yang notabene memang tidak bisa menjangkau kelompok itu?Â
Basis Ma'ruf Amin adalah Islam tradisional, Nahdliyin, bukan Islam modernis. Mestinya, TKN melakukan koreksi siapa yang kian menjauhkan Jokowi dengan kelompok Islam modernis? Mengapa di kelompok-kelompok tertentu masih muncul stigma Jokowi anti-Islam padahal Jokowi memiliki akar Muhammadiyah yang kental sebagaimana Bung Karno dan Megawati Soekanoputri?
Ketiga, kita belum melihat upaya TKN memindahkan "pertempuran" ke ring 1 atau bahkan ring 2 Jokowi. Yang terjadi, Jokowi langsung dihadapkan pada isu-isu panas sehingga tidak ada reserve. Akibatnya ketika terjadi blunder, sebagian publik langsung tergiring persepsinya "ada Jokowi" di dalamnya.Â
Contohnya ketika Kemendagri membuat aturan berpakaian bagi ASN yang langsung dicabut setelah timbul kontroversi. Demikian juga dalam kasus perusakan baliho Partai Demokrat di Pekanbaru, Riau.