Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menantang Megawati Ungkap Kebenaran G30S

12 November 2018   07:18 Diperbarui: 12 November 2018   07:31 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megawati Soekarnoputri. Foto: KOMPAS.com/Kristianto Purnomo

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyebut peritiwa yang terjadi pada tahun 1965 yang kemudian dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September oleh Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) sebagai noda hitam sejarah Indonesia. Megawati meyakini hingga saat ini kebenaran peristiwa tersebut masih ditutup-tutupi. Bagian mana yang tidak sesuai fakta?

Bukan rahasia lagi, peristiwa tanggal 30 September 1965 memang memiliki banyak versi. Tidak hanya oleh sejarawan dan pengamat dalam negeri, namun juga luar negeri. Jika dikelompokkan, sedikitnya ada tiga versi yang memiliki alas argumen kuat.

Versi pertama tentu yang kita kenal selama ini yakni peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI. Untuk memperkuat klaimnya, rezim Soeharto membuat Buku Putih dan Sejarah Nasional Indonesia suntingan Nugroho Notosusanto yang diajarkan di sekolah-sekolah. Oleh karena itu, versi Orde Baru ini mencantumkan "/PKI" di belakang G30S.

Tidak hanya melalui buku pelajaran, peristiwa G30S/PKI versi Soeharto juga diabadikan melalui film layar lebar karya Arifin C. Noer dengan judul Penumpasan Pengkhianatan G30S/ PKI (1984). Banyak pihak yang merasa film tersebut bias dan lebih menganggap sebagai alat propaganda Orde Baru dibanding karya seni.

Beberapa waktu lalu, film tersebut sempat kembali menuai kontroversi ketika Panglima TNI (saat itu) Jenderal Gatot Nurmantyo memerintahakan agar diputar ulang di tangsi-tangsi militer dan mengundang masyarakat sekitar untuk ikut menonton. Presiden Joko Widodo yang tidak ingin dicap pro PKI karena salah satu tujuan pemutaran film tersebut untuk mengingatkan generasi masa kini akan bahaya PKI, ikut menonton di markas Korem Bogor, 29 September 2017.

Versi kedua, peristiwa G30S adalah puncak dari konflik internal Angkatan Darat. Pendapat ini dikemukakan sejarawan Cornell University, Benedict ROG Anderson dan Ruth McVey dalam Cornell Paper (1971),.Sejarawan Harold Crouch dalam Army and Politics in Indonesia (1978), mendukung teori tersebut dengan menyebut menjelang tahun 1965, Angkatan Darat pecah menjadi dua faksi. Kedua faksi ini sama-sama anti-PKI, tetapi berbeda sikap dalam menghadapi Presiden Soekarno.

Versi ketiga, adanya campur tangan Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA). Beberapa pengamat seperti Peter Dale Scott, profesor dari University of California, telah menerbitkantulisan dengan judul cukup provokatif yakni CIA dan Penggulingan Sukarno (2004). Menurut Dale, CIA membangun relasi dengan para perwira Angkatan Darat dalam Seskoad di mana salah satu perwiranya adalah Soeharto.

Pendukung teori ini juga datang dari Belanda, Willem Oltmans. Wartawan ini menulis buku Di Balik Keterlibatan CIA: Bung Karno Dikhianati (2001). Sejarawan Baskara T. Wardaya juga mendukung teori keterlibatan CIA dalam buku Bung Karno Menggugat: Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal '65 hingga G30S (2006).

Tentu masih banyak versi lain termasuk keterlibatan Bung Karno  seperti ditulis Victor M. Fic dalam Anatomy of the Jakarta Coup, October 1, 1965 (2004). Tetapi tiga versi sebelumnya lebih kuat jika dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi pasca G30S.

Lalu, dari tiga versi tersebut, mana yang paling mendekati kebenarannya? Lontaran Megawati yang disampaikan dalam pidato wawasan kebangsaan di acara Purna Paskibraka Indonesia, sangat menarik untuk disambut karena saat ini waktu yang tepat untuk mengungkapnya secara jernih. Oleh karenanya kita mendesak Megawati agar tidak hanya melontarkan, melainkan berperan aktif, minimal memberikan sokongan politik yang kuat dalam kapasitasnya sebagai ketua umum partai penguasa, untuk membuka sejarah yang sebenarnya.

Ada beberapa alasan mengapa Megawati harus berani mengungkap "kebenaran" sejarah G30S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun