Sedang PA 212 langsung menggerahkan massa untuk mengawal Amien Rais yang juga Ketua Dewan Penasehat PA 212. Ketua PA 212 Slamet Maarif di Masjid Al-Munawwar, Pancoran menyebut aksi massa yang diikuti ratusan kader itu untuk mengawal tokoh bangsa agar tidak menjadi korban kriminalisasi.
Tanda-tanda Amien Rais akan "membuat gaduh" pun langsung teruar begitu dirinya tiba di Mapolda. Selain Soal Kapolri, Amien Rais juga mempersoalkan nama dalam surat pemanggilan penyidik yang disebutnya tidak lengkap hingga tanggal surat yang ternyata dilayangkan sebelum penangkapan terhadap Ratna Sarumpaet.
Namun semua sirna usai Amien Rais menjalani pemeriksaan selama 6 jam yang diselingi makan siang dengan sayur gudek dan pemeriksaan tensi darah. Sebanyak 30 pertanyaan yang disodorkan penyidik dilahap tanpa protes sehingga proses pemeriksaan berlangsung cepat.Â
Menurut Amien Rais, penyidik memberikan pertanyaan secara langsung, tidak muter-muter, apalagi jebakan. "Smooth dan bagus," puji Amien Rais yang menolak membeberkan materi yang ditanyakan penyidik.
Publik tentu gembira dengan perkembangan terakhir di mana suasananya tidak sehoror yang dibayangkan akibat statemen-statemen pendukungnya. Tetapi kita pun mempertanyakan mengapa Amien Rais seolah begitu mudah menarik janjinya? Apakah hal itu hanya gertakan, dalam arti tidak memiliki kasus yang dijanjikan, ataukah karena "nikmatnya" nasi gudeg?
Ketokohan Amien Rais bukan hasil "operasi plastik". Rekan jejaknya jelas dan membentang sejak era orde baru. Doktor politik dari Universitas Chicago, Illinois, Amerika Serikat ini memiliki track record mentereng karena pernah menjadi king maker atas naik-turunnya KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI ke-4 sekaligus menaikkan Megawati sebagai Presiden RI ke-5.
Lalu mengapa sekarang begitu gampang sesumbar dan melupakannya? Ataukah masih menunggu timing? Kita menyesalkan tidak dituntaskannya janji Amien Rias bukan karena menginginkan kegaduhan, tetapi lebih pada dorongan agar para elit politik, tokoh bangsa, tidak mudah membuat pernyataan yang tidak akan ditunaikan alias bohong.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H