Salah satu penentu kemenangan dalam pemilihan presiden dan wakil presiden gy2019 Â adalah suara Nahdlatul Ulama (NU). Meski PKB sebagai kendaraan politik kaum Nahdliyin sudah memberikan dukungan kepada pasangan petahana Joko Widodo -- Ma'ruf Amin, Â bukan berarti suara NU tidak bisa digoyah. Faktanya, dalam kontestasi elektoral selama ini, suara NU tidak pernah bulat.
Pemilihan kepala daerah 2018 di Jawa Timur bisa menjadi tolok-ukurnya. Sulit memungkiri sebagian besar suara NU lari ke kubu Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak meski PKB mendukung Saifullah Yusuf -- Puti Guntur Soekarno.
Demikian juga Pilkada JawaTengah 2018. Lonjakan perolehan suara pasangan Sudirman Said -- Ida Fauziah diyakini berasal dari suara Nahdliyin, bukan nasionalis.Â
Kaum Marhaen di Jateng dikenal solid dan militan mendukung jagoan PDIP. Sebagai contoh, Rutriningsih, mantan bupati Kebumen dua periode dan wakil gubernur Jateng, yang begitu tersohor dan memiliki elektabilitas tinggi, langsung rontok setelah dianggap mengkhianati PDIP yang tidak mau mengusungnya di Pilkada Jateng 2013.
Berangkat dari pemahaman itu, tidak salah ketika bakal calon presiden Prabowo Subianto mulai bergerilya ke basis NU di Jawa Timur dan mungkin di basis NU lainnya di bagian tengah dan barat. Prabowo sempat ziarah ke makam pendiri NU KH Hasyim Asy'ari, mantan Menteri Agama Wahid Hasyim dan Presiden ke 4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang berada di kompleks pondok pesantren Tebuireng, Jombang.
Prabowo tidak mengelak ketika kunjungannya dikaitkan dengan upaya meraih dukungan warga Nahdliyin. Prabowo mengakui suara NU sangat strategis sebagaimana halnya kelompok masyarakat lainnya.
Menariknya kedatangan Prabowo ke Tebuireng hanya berselang dua hari dari kunjungan bakal calon wakil presiden KH Ma'ruf Amin. Bahkan Maruf Amin yang juga Rais Aam PBNU, melanjutkan safari politiknya Ponpes Lirboyo Kediri hingga ke Jawa Tengah, tepatnya ke Ponpes Al-Anwar Rembang milik KH Maimoen Zubair, yang juga Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan.
Apakah langkah Prabowo "merusak' suara dukungan Nahdliyin ke Jokowi-Ma'ruf akan berhasil? Peluangnya sangat besar karena Prabowo memiliki rekam jejak yang cukup baik di kalangan NU, terutama dengan keluarga Gus Dur. Terlebih sebelumnya ada drama di mana Mahfud MD yang sudah ditunjuk Jokowi ditolak oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan beberapa pengurus PBNU, termasuk Ma'ruf Amin. Salah satu alasannya penolakkanya, diduga karena Mahfud dikenal sebagai Gusdurian, sementara hubungan Muhamin kurang dengan keluarga Gus Dur kurang harmonis.
Faktor lainnya, Prabowo juga dianggap sebagai bagian dari keluarga besar NU. Bahkan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj akan memberinya kartu keanggotaan. Meski dipahami hanya sebagai simbol, namun secara politik tetap memberikan pengaruh. Minimal Prabowo akan lebih leluasa blusukan ke kantong-kantong NU.
Dan jangan lupa, kedekatan tentara dengan NU. Tanpa bermaksud menafikan elemen lain, kerjasama keduanya sudah terbukti mampu menjaga NKRI. Saat terjadi pemberontakan DI/TII, ABRI (kini TNI), bahu-membahu dengan NU. Demikian juga saat memerangi komunisme, utamanya PKI. Meski ayah Prabowo, Prof Sumitro Djojohadikusumo bisa dikaitkan dengan pemberontakan PRRI/Permesta, tetapi tidak sampai menyangkut ke NU karena pemberontakan tersebut tidak terkait ideologi, melainkan ekspresi kekecewaan daerah kepada pusat.
Jika Prabowo bisa meretas jalan, lalu dimasuki oleh Sandiaga Uno dengan janji ekonomi seperti OK OCE, diyakini suara NU akan terbelah, meski yang takliq berada di belakang Ma'ruf Amin masih cukup besar.