Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menikmati Pilpres Hasil Racikan Jokowi, dengan Dua Catatan

12 Agustus 2018   09:31 Diperbarui: 13 Agustus 2018   11:18 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi bersama Prabowo di Istana Merdeka. Foto: tribunnews.com

Tawaran lain jika tidak mau rematch, Prabowo menjadi cawapres Jokowi. Duet keduanya diyakini akan sulit dikalahkan oleh siapa pun.

Selain hitung-hitungan tersebut, masih ada "kelemahan" lain Prabowo yang sangat menguntungkan Jokowi. Apa itu? Sifat melankolis Prabowo jika sudah disinggung "demi" keutuhan negara, "demi" NKRI.

Ada dua momen di mana Prabowo melakukan sesuatu yang mestinya tidak dilakukan jika menganut prinsip seperti Megawati dan SBY di mana permusuhan harus abadi meski kontestasi demokrasi sudah berakhir.      

Pertama saat Jokowi dihadapkan pada pilihan sulit karena "ada tekanan" untuk mengangkat (saat itu) Komjen Budi Gunawan (BG) sebagai Kapolri.

Di tengah tarik-ulur, BG dijadikan tersangka oleh KPK dalam kasus rekening gendut. Situasi semakin runyam karena DPR yang dimotori PDIP ternyata menyetujui usulannya. Jokowi tahu, ada jebakan dari kubu oposisi denga memanfaatkan "tekanan" PDIP pada dirinya. Namanya pasti hancur karena mengangkat Kapolri yang berstatus tersangka.

Jokowi pun "meminta" jaminan Prabowo ketika dirinya harus "melawan" kehendak PDIP, setidaknya seperti yang disuarakan kader-kadernya di DPR. Tidak disangka, Prabowo langsung bersedia sehingga Jokowi lantas menganulir pencalonan BG.

Kedua, saat merebak isu penista agama. Ada kelompok yang berusaha memboceng isu tersebut untuk menggulingkan Jokowi, setidaknya demikian menurut versi pemerintah. Jokowi pun kembali "meminta" tolong Prabowo yang dikiaskan dengan ungkapan "sampai terpaksa harus naik kuda". Lagi-lagi Prabowo mengiyakan. Padahal jika saja saat itu Prabowo diam saja, kemungkinan kelompok tersebut kian frontal dan oposisi di DPR tinggal menunggu.

Satu "bukti" lagi Prabowo mau "diatur" Jokowi adalah penunjukkan Sandiaga Uno sebagai cawapres. Banyak spekulasi liar yang menyebut penunjukkan Sandi merupakan hasil kompromi dengan Jokowi yang tidak mau Prabowo berpasangan dengan ulama dari kubu Rizieq Shihab karena berpotensi memanaskan situasi dengan isu-isu agama, meski masih perlu bukti lebih sahih benarkah isu agama selama ini berasal dari kubu tersebut- hanya berasal dari kubu tersebut?

Dari paparan di atas, jelaslah kini Pilpres 2019 sudah sesuai racikan Jokowi tanpa menafikan kemungkinan adanya bias dalam penafsiran terhadap data dan fakta.

Salam @yb
PS: data diolah dari berbagai sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun