Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memiliki analisis terkait siapa calon wakil presiden atau cawapres yang akan mendampingi Joko Widodo di Pilpres 2019. Sebagai "Super Menteri" dan juga termasuk orang paling dekat alias tangan kanan Jokowi, clue atau kisi-kisi cawapres Jokowi yang disampaikan Luhut diyakini mendekati sosok sebenarnya.
Menurut Luhut dalam sebuah wawacara eksklusif, cawapres Jokowi dekat dengan komunitas Islam, bersih, memiliki kecocokan secara pribadi dan di-endorse oleh partai koalisi. Tambahan lainnya adalah paham ekonomi. Menariknya, Luhut sama sekali tidak menyinggung soal elektabilitasnya. Padahal Ketua DPP PDIP nonaktif Puan Maharani pernah menyebut cawapres Jokowi harus mampu menambah tingkat keterpilihannya.
Lalu siapa tokoh dengan kriteria seperti seperti yang disampaikan Luhut? Mari kita lihat 10 nama yang sering disebut-sebut sebagai cawapres Jokowi. Dari kalangan partai ada Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PPP Romahurmuziy, dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Dari dalam kabinet, nama Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, serta Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berada di urutan teratas. Kemudian dari komunitas Islam ada Dewan Pengarah BPIP Mahfud MD, Ketua MUI Ma'ruf Amin dan mantan Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. Belakangan muncul nama Gubernur Nusa Tenggara Barat M. Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang (TGB) sebagai kandidat cawapres Jokowi.
Sepuluh nama tersebut memiliki kedekatan dan kecocokan atau chemistry degan Jokowi, termasuk TGB meski baru masuk belakangan. Dengan demikian, titik fokusnya tinggal pada dekat dengan komunitas Islam dan didukungpartai pengusung.
Berdasarkan kriteria dekat dengan komunitas Islam, maka secara otomatis nama Susi Pudjiastuti, Sri Mulyani dan Airlangga Hartarto, gugur. Ketiganya jarang bersinggungan dengan komunitas Islam yang besar, minimal familiar di telinga publik.
Lalu dari nama tersisa siapa yang didukung partai pengusung dan cukup paham ekonomi. Nama Ma'ruf Amin, Din Syamsuddin dan Romahurmuziy, tidak masuk dalam gerbong tersebut. Ketiga nama ini hanya unggul dari sisi kedekatan dengan komunitas Islam dan cukup populer di masyarakat. Tetapi sulit mendapat dukungan partai. Mar'uf Amin adalah salah satu panutan warga Nahdlatul Ulama (NU), tetapi tidak memiliki mesin partai seperti Muhaimin Iskandar. Sedang Din Syamsuddin cenderung hanya mewakili suara Muhammadiyah.
Bagaimana dengan Rommy? PKB dan Golkar sulit menerimanya karena merasa ketua umum mereka lebih unggul dari berbagai sisi, terutama pengalaman dan jumlah kursi di DPR. Ditambah lagi, internal PPP juga tidak solid setelah kubu Rommy terlibat perseteruan panjang dengan kubu Djan Faridz, termasuk hengkangnya Abraham Lunggana alias Haji Lulung ke PAN.
Meski Jokowi menyebut cawapres di kantongnya sudah mengerucut pada 5 nama, namun jika mengacu pada kriteria yang disampikan Luhut, sebenarnya tinggal 4 yakni Moeldoko yang mewakili kabinet dan militer, Muhaimin dari partai pengusung, Mahfud MD mewakili komunitas Islam dan profesional, serta TGB yang memiliki banyak keunggulan yakni dekat dengan komunitas Islam yang selama ini berseberangan dengan pemerintah, ulama mumpuni dan memiliki pengalaman birokrat karena 2 periode memimpin NTB.
Dari profil 4 kandidat terakhir, nama Moeldoko, Muhaimin dan TGB jelas paling memenuhi semua kriteria. Tetapi jika Jokowi mempertimbangkan konstelasi politik, termasuk soliditas partai pendukung dan kebutuhan figur untuk menutupi "kelemahannya" maka nama tersisa adalah Moeldoko dan TGB.
Moeldoko mampu menutup sisi militer dan pernah dipercaya mewakili keluarga dalam acara pernikahan Kahiyang Ayu. Dalam adat Jawa, seseorang yang ditunjuk menjadi wakil keluarga pasti orang yang sangat dipercaya dan memiliki kedekatan khusus seperti keluarga atau seseorang yang sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga besarnya.