Politik tega memakan ibunya sendiri. Ungkapan klasik itu layak disematkan kepada Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Â Amien Rais karena tega mengancam akan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) untuk menurunkan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, yang notabene besannya. Â
Bagian dari bargaining position dengan Istana atau murni ungkapan kebencian kepada Presiden Joko Widodo?
Pernyataan Amien Rais soal KLB untuk menanggapi pertanyaan wartawan terkait upaya Zulkifli mendukung Ketua Umum PKB  Muhaimin Iskandar. Saat keduanya bertemu di acara Milad PP Muhammadiyah di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Zulkifli mengatakan  Jokowi salah jika tidak memilih Muhaimin sebagai cawapres di Pilpres 2019. Ketua MPR itu bahkan menambahkan dirinya mendukung  Cak Imin untuk mendampingi Jokowi.
Ucapan Zulkifli  selaras dengan prediksi Muhaimin sebelumnya. Menurut Wakil Ketua MPR ini, Jokowi bisa kalah jika tidak menggandeng dirinya. Karena hal itu pula, Cak Imin tetap optimis akan dipilih Jokowi meski harus bersaing  dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PPP Muhammad Romahurmuziy.
Tetapi bukan Amien Rais namanya jika tidak memberikan tanggapan apapun yang terkait Jokowi dengan kalimat menohok. Menurut Amien Rais, jika ada kader yang  mendukung Jokowi, maka PAN perlu segera mengelar KLB.  Sebab Amien Rais menginginkan Jokowi hanya satu periode. Alasannya, "Janji-janji (Jokowi) tidak ditepati, nawacita menjadi nawasengsara," kata Amien Rais. Â
Pernyataan Amien jelas ditujukan kepada Zulkifli karena KLB hanya digelar dalam kondisi darurat seperti untuk mengganti kepengurusan sebelum masa baktinya berakhir. Jika sampai PAN menggelar KLB, itu artinya akan menurunkan Zulkifli dari pucuk pimpinan. Padahal hubungan Amien Rais dengan Zulkifli bukan sebatas urusan partai, namun juga keluarga karena pernikahan anak mereka yakni Futri Zulya Safitri dengan Ahmad Mumtaz Rais.
Seriuskah ancaman Amien Rais? Sebelum menjawabnya, tentu harus dilihat dulu konteks pernyataan Zulkifli. Pertama, boleh jadi hanya guyonan untuk membesarkan hati Muhaimin yang kian jauh dari radar Jokowi setelah muncul beberapa nama potensial seperti Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Partai Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hingga Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang menyodok belakangan. Sangat mungkin Zulkifli sudah mendapat bocoran Jokowi tidak akan menggandeng Cak Imin.
Kedua, sinyal Zulkifli mengajak Cak Imin berkoalisi. Pujian jika di belakang Muhaimin bukan hanya PKB namun juga Nahdlatul Ulama (NU), sepertinya untuk memanas-manasi. Jika diterima apa adanya, bukan mustahil Muhaimin akan semakin "berani" melawan Jokowi. Sebab bibit perlawanan itu sudah ada sejak Muhaimin mendeklarasikan diri sebagai cawapres.Â
Melalui Gerbang Tani, organisasi onderbouw PKB, Muhaimin gencar melawan kebijakan Jokowi terutama terkait pelarangan nelayan menggunakan cantrang oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Harus diakui, akibat serangan itu, kini suara nelayan dikuasai Muhaimin. Jika pada akhirnya Muhaimin cabut dari koalisi Istana, maka Zulkifli berharap akan merapat ke PAN sehingga bisa membentuk poros baru bersama Demokrat.
Ketiga, Â menaikkan posisi tawar PAN di hadapan Jokowi. Hal ini selaras dengan "gertakkan" Amien Rais. Zulkifli tengah mengirim sinyal ke Istana jika dirinya tetap mendukung Jokowi.Â
Terlebih masih ada kader PAN di Kabinet yakni menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur. Manuver Zulkifli kali ini hanya sebatas ingin mendapat perhatian Jokowi, betapa kerasnya perlawanan untuk membawa PAN ke Istana. Dengan demikian, jika akhirnya Zulkifli berhasil membawa PAN ke Istana, sangat wajar mendapat "perlakuakn istimewa", semisal peningkatan jumlah menteri. Â