Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada Intelijen Politik di Balik Asmara Kahiyang - Bobby?

26 November 2017   20:35 Diperbarui: 26 November 2017   20:37 14256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution. Foto: kompas.com

Kahiyang Ayu Siregar dipaksa memutuskan hubungan asmaranya dengan Haydar Pratama karena kurang memenuhi kepentingan politik. Melalui sebuah operasi intelijen, Kahiyang lalu dipertemukan dengan Bobby Afif Nasution. Pilihan terhadap pemuda asal Mandailing itu dilatari kekalahan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pilpres 2014 di empat kabupaten di daerah Tapanuli bagian selatan. Dengan pernikahan tersebut, Jokowi menjadi keluarga besar Batak Mandailing sehingga berpotensi meraup dukungan penuh pada Pilpres 2019 mendatang.

Anda percaya dengan konspirasi asmara Kahiyang -- Bobby di atas? Dalam teori konspirasi berlaku hal-hal yang tidak terbatas dan mungkin menjungkir-balikkan logika umum. Hal-hal, sekecil apapun bisa dijadikan alas pembukanya. Tidak peduli apakah hal itu masuk akal atau tidak. Bahkan ada yang menyebut, semakin ngawur teori konspirasi yang dipapar, semakin seksi untuk dibahas karena bisa membuka sisi lain yang sebelumnya tidak terpikirkan. Dari sisi ini, maka sodoran adanya konspirasi politik di balik asmara Kahiyang -- Bobby, sah-sah saja. Mungkin hal ini yang dijadikan dasar ketika tempo.co memberitakan adanya teori tersebut, bahkan tanpa disertai sumbernya!

Apalagi "jalan masuk" untuk meyakinkan adanya faktor politik tersebut memang ada. Kakak Bobby yakni Inge Amalia adalah anggota Fraksi Nasdem DPRD Sumut periode 2014-2019. Melalui Inge inilah lobi-lobi dilakukan.

Jika ingin lebih ganyeng, kita bisa mengaitkan dengan ucapan Panglima TNi Jenderal Gatot Nurmatyo. Saat dirinya dituding tengah berpolitik terkait beberapa ucapan dan tindakannya, Gatot balik mengatakan semua bisa dipolitisasi. "Orang kawin (pun) bisa (bagian dari) politik," ujar Gatot di sini. Mungkin saja saat itu Gatot sudah menduga akan muncul tudingan terhadap Kahiyang -- Bobby karena ucapan itu dilontarkan menjelang pernikahan keduanya, tepatnya di bulan September. Bagi para penganut teori konspirasi sangat mungkin "informasi" ini kemudian dipelintir menjadi, "Gatot pun sudah mengetahui adanya tim kerja intelijen di balik pernikahan Kahiyang -- Bobby". Nah..!

Para penganut teori konspirasi selalu menolak tatanan (info) umum dan memilih melihatnya dari sisi berbeda. Sebenarnya, hal itu bisa memperkaya "informasi" sehingga publik memiliki banyak pilihan sebelum kemudian menalarnya denga jernih. Teori adanya skenario Amerika di balik tragedi 9/11, tudingan ada kebohongan terkait bentuk bumi yang disuarakan para penganut paham bumi datar, hingga penolakan terhadap kebenaran pendaratan Neil Amstrong di bulan, adalah beberapa contoh bagaimana para penganut teori konspirasi melihat segala sesuatunya dari sisi terbalik.    

Tetapi karena seringkali tidak menggunakan data yang sudah "disepakati" secara umum, maka dugaan atau bahkan kesimpulan mereka acapkali langsung dianggap hoaks, Terlebih saat ini muncul banyak teori konspirasi yang dipapar atas nama kedengkian, fitnah dan sakit hati. Teori terbalik yang awalnya bisa dijadikan koreksi (hiburan?) atas pemahaman yang sudah dianggap baku, akhirnya tidak lagi menarik.

Lalu bagaimana dengan tudingan di atas? Itu jelas fitnah, bukan bagian dari "memperkaya informasi dari sudut pandang berbeda". Mengapa? Saat ini Jokowi tidak membutuhkan pencitraan melalui pernikahan anaknya demi menaikkan elektabiltas. Sebab semua hasil survei menempatkan elektabilitas Jokowi jauh di atas calon lawannya, termasuk Prabowo Subianto.

Kedua, Kahiyang dan Bobby merupakan teman satu kampus sehingga sangat wajar bila mereka bertemu dan kemudian saling suka tanpa harus melallui setingan intelijen. Ketiga, seperti dikatakan Luhut Binsar Panjaitan, Bobby berasal dari keluarga biasa, bukan elit politik sehingga jauh dari hal-hal semacam itu. @yb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun