Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Puan Maharani, Si Introvert yang Tengah Bersolek

25 Februari 2017   12:45 Diperbarui: 28 Februari 2017   02:01 3850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kontribusi Puan Maharani selama didaulat menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia pada Kabinet Kerja? Pertanyaan itu relevan untuk dikemukakan mengingat selama ini ada anggapan keberadaan Puan di kabinet hanya untuk menyenangkan ibunya, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Lalu mengapa Si Introvert ini tiba-tiba mengerahkan “buzzer” untuk mengkampanyekan (hasil) kerjanya?

Selama tiga hari terakhir, puluhan artikel tentang kinerja Puan Maharani  mendominasi laman Kompasiana. Tema yang ditulis sangat beragam meski satu warna yakni mem-publish kegiatan Puan selaku Menko PMK. Ada tiga kemungkinan mengapa tiba-tiba muncul banyak tulisan tentang Puan. Kemungkinan pertama, ada lomba penulisan terkait kinerja Puan Maharani. Kedua, Puan tengah “bersolek” untuk target tertentu. Ketiga, meski kecil, kemungkinan para penulisnya memang menyukai figur Puan, dan merasa terpanggil untuk ikut “mengkampanyekan” kinerjanya.      

Kemungkinan pertama didasari kurangnya publikasi kinerja Kemenko PMK. Bahkan pemberitaan tentang Puan di media-media mainstream lebih condong mengulas sisi nagatifnya di banding sisi sebaliknya. Berita Puan ketika menyerahkan bantuan atau memimpin rapat koordinasi terkait persiapan Asian Games 2018 hanya ditulis “sekilas”. Publik lebih mengingat blunder Puan saat membuat website Revolusi Mental yang menelan anggaran sebesar Rp 140 miliar karena diberitakan secara berseri oleh hampir semua media baik cetak maupun online.

Menggelar lomba penulisan tentang kinerja dan kiprah Puan selama menjabat Menko PMK memang bisa membantu mendongkrak citra positif. Jika benar tengah diikutkan dalam lomba, sejauh ini, sudah sukses karena tulisan-tulisan positif tentang Puan di Kompasiana memiliki hits yang lumayan tinggi. Bahkan kemarin beberapa tulisan sempat mendominasi indeks Terpopuler Kompasiana. Hebatnya, tulisan-tulisan tersebut mampu meraih hits di atas 2000 dalam waktu singkat sementara tulisan lain, susah payah merangkak ke indeks Terpopuler.

Tetapi bagaimana jika ternyata tidak sedang ada lomba penulisan di Kemenko PMK? Kemungkinan terbesar, ada sebuah tim khusus yang tengah mempersiapkan sebuah investasi politik untuk Puan jelang Pilpres 2019. Rumor Puan bakal diduetkan dengan Jokowi pada PIlpres 2019, bukan cerita baru. Sayangnya sejauh ini citra Puan belum layak “jual”.  Salah satu kelemahan terbesar Puan justru terletak pada fakta dirinya anak Megawati. Puan kurang berani “bertarung” dalam forum-forum terbuka terkait isu sensitif. Puan bukan macan podium sebagaimana Megawati dan kakeknya, Ir Soekarno. Puan bukan pula petarung di forum debat. Puan tidak mewarisi sisi negarawan bapaknya, Taufik Kiemas, tidak pula mencerminkan diri sebagai politisi PDIP yang “sangar”. Puan lebih mencerminkan sebagai “gadis pemalu” ketika berada di forum-forum politik semacam ruang paripurna DPR.  

Dengan anggapan seperti itu, lantas muncul suara sumbang, Puan Maharani menjadi politisi dan kini menteri, karena kebetulan anak Megawati dan cucu Soekarno. Puan lebih cocok menjadi sosialita ibukota, ibu muda yang keluar-masuk mal menenteng paperbag bertulis merk produk internasional. Meski terlalu tendensius, tetapi sulit juga untuk menolak anggapan demikian jika melihat kiprah Puan selama menjadi anggota DPR dan kini menjadi bagian  dari Kabinet Kerja.

Padahal Puan memiliki modal untuk menjadi politisi besar. Puan telah disiapkan sebagai pengganti Megawati untuk menahkodahi PDIP. Sebab  Puan lebih diterima oleh mayoritas warga PDIP  dibanding figur lain seperti Prananda Prabowo, anak Megawati dari suami pertama. Puan hanya membutuhkan orang-orang yang bisa merumuskan strategi politik yang tepat sehingga dirinya menjelma sebagai sosok yang dibutuhkan dan dirindukan masyarakat Indonesia. Tidak cukup hanya dengan pencitraan melalui publikasi terkait sisi positifnya karena memori masyarakat telah dipenuhi berbagai dongeng negatif tentang dirinya.

Ciptakan isu “panas” dan siapkan Puan sebagai penuntas isu tersebut. Jika saat ini dalam kapasitasnya sebagai Menko PMK, Puan berani menandatangani- setidaknya memberi rekomendasi kepada lembaga lain pemegang  otoritas terkait izin organisasi, pembubaran organisasi-organisasi yang tidak sesuai dengan budaya dan nafas bangsa, publik akan memberi reward, meski tidak sedikit pula yang mengecamnya. Tidak apa-apa. Kontroversi dalam politik, seringkali menjadi eskalator paling efektif bagi politisi untuk menaikkan citra diri, sepanjang tepat meletakkan kaki.

Belajarlah pada Presiden Jokowi bagaimana cara menciptakan jebakan untuk lawan-lawan politiknya.     

Puan harus berani mematahkan anggapan dirinya sengaja “dimatikan” dengan jabatan Menko PMK yang domainnya jauh dari isu-isu politik. Tugas membagikan alat tensi darah, serahkan saja ke pejabat selevel deputi atau bahkan dirjen. Tinggalkan ruang ber-AC. Mulailah blusukan. Getar yang diterima tentu berbeda andaikata kepeduliannya pada tenun kebangsaan digelorakan di alun-alun, di tengah-tengah ribuan anggota pramuka, dibanding di dalam ruangan bersama sejumlah pengurus saja.   

Tetapi beranikah Puan masuk ke isu-isu kontroversial? Maukah Puan  kulitnya menjadi sedikit "matang" tersengat matahari? Atau masih menunggu kerling mata Ibunda?   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun