Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memaknai Pujian SBY untuk Jokowi

10 Juni 2016   22:21 Diperbarui: 11 Juni 2016   00:08 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono melontarkan banyak pujian untuk Presiden Joko Widodo. Salah satunya terkait kekompakkan Kabinet Kerja. Padahal belum genap tiga bulan lalu, SBY mengkritik Jokowi yang dianggap tidak bisa mengatur menteri-menterinya terkait saling serang antar menteri Kabinet Kerja di media, terutama antara Menko Kemaritiman Rizal Ramli dengan Menteri ESDM Sudirman Said dan Menteri BUMN Rini Soemarno.

Menurut SBY, saat ini Kabinet Kerja semakin kompak dan dapat menahan diri untuk tidak bertengkar di muka publik. "Hal ini baik, karena dengan kabinet yang kompak saja tak selalu mudah untuk bersinergi dan berkoordinasi, apalagi jika tidak kompak," ucapnya dalam acara buka puasa bersama dengan jajaran pengurus Partai Demokrat di kediamannya seperti dikutip dari kompas.com

SBY juga memuji berkurangnya angka pengangguran terbuka meski perekonomian global dan dalam negeri tengah lesu sehingga berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat. Menurut ketua umum Partai Demokrat ini, berkurangnya pengangguran memiliki dampak positif. Terlebih Jokowi juga sudah tidak lagi mengumbar janji politik ke masyarakat. Tuluskah pujian SBY mengingat hal itu bertolak belakang dengan apa yang diucapkan saat melakukan Tour de Java beberapa waktu lalu?

Ataukah karena SBY tidak mau mematik konflik terbuka dengan Jokowi sehingga boroknya akan terbuka? Ingat saat SBY memamerkan keberhasilannya meneruskan pembangunan yang diwarisi Presiden ke- 5 Megawati Soekarnoputri, Jokowi langsung “membalasnya” dengan berfoto selfie di proyek Hambalang yang mangkrak karena terbelit kasus korupsi para petinggi Partai Demokrat sehingga ingatan masyarakat kembali terbuka pada kebobrokan pemerintah SBY. Tentunya SBY tidak mau mengulangi blunder tersebut.

Dan jawabannya memang bukan itu. Pujian yang dilontarkan SBY mengandung “racun” mematikan. Menurut SBY, apa yang dilakukan Jokowi saat sehingga menghasilkan sejumlah kemajuan pembangunan, stabilitas politik dan keamanan, tidak terlepas dari rekomendasi yang diberikan SBY sebelumnya!

Mengapa SBY tetap tidak mau menerima kenyataan jika Jokowi sudah melakukan banyak hal yang tidak dilakukannya? Mengapa SBY selalu merecoki dengan statemen yang mengerdilkan kemampuan Jokowi? Mengapa SBY seperti takut Jokowi akan berhasil mewujudkan janji-janjinya?

SBY mungkin lupa masyarakat sudah pernah memberikan mandat selama 10 tahun untuk membangun negeri ini. SBY menyia-nyiakan mandat itu sehingga pembangunan di masa SBY “tidak tampak”.  Meski stabilitas politik dan keamanan terkendali, namun mayoritas masyarakat tidak merasakan manfaat kepemimpinan SBY. Masyarakat pun memberikan hukum atas buruknya kinerja SBY  yang tercermin pada perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu 2014 lalu yang tergerus lebih dari 10 persen dibanding Pemilu 2009.

Alangkah baiknya SBY melakukan pembenahan ke dalam sambil melakukan kritik yang sehat terhadap pemerintah. Sebagai oposisi (atau penyeimbang dalam istilah SBY) Partai Demokrat mestinya terus mengawal pemerintahan Jokowi-JK tanpa harus memaksakan diri menjadi “penasehat”. Terlebih masukan-masukan yang diberikan SBY justru kontraproduktif dengan strategi pembangunan yang menjadi kebijakan Jokowi. Pemangkas anggaran di sejumlah kementerian dan lembaga negara lainnya, bukan karena nasehat SBY, tetapi adanya perubahan beberapa asumsi terkait perubahan ekonomi global dan kebutuhan mendesak untuk ASEAN Games dan penanggulangan terorisme. Di sini

Pemangkasan anggaran di kementerian tidak berpengaruh terhadap percepatan pembangunan infrastruktur karena anggaran yang dipangkas tidak terkait dengan sektor belanja modal yang telah menjadi prioritas pemerintah.

Jadi, dari pada menghabiskan waktu untuk memberikan nasehat kepada Jokowi, alangkah bagusnya SBY menempatkan dirinya sebagai negarawan. Jika pun ada masukan yang hendak diberikan, sampaikanlah dengan hati tulus- tidak perlu diekspose, demi kemajuan bangsa ini. Jika memang Jokowi tidak mampu, kelak rakyat yang akan menghukumnya.

Salam @yb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun